Negosiasi Gencatan Senjata gagal Perang Kembali Terjadi

Negosiasi Gencatan Senjata gagal Perang Kembali Terjadi
Lebih dari 60 orang meninggal hanya dalam beberapa jam setelah Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, Jumat (1/12/2023), menyusul kegagalan dalam upaya untuk memperpanjang penundaan tersebut. Berbagai pihak menyesalkan, sementara Negara-Negara Berkumpul mengecam, munculnya kembali pertempuran di Jalur Gaza.

Sekitar 30 menit setelah interupsi yang bermanfaat berakhir, Israel segera kembali menyerang Jalur Gaza dengan kekuatan penuh, termasuk mengirimkan pesawat tempurnya. Suara ledakan dahsyat terdengar jelas, diikuti kabut asap hitam dari arah selatan Gaza.

Israel menyebarkan pamflet ke seluruh distrik Gaza selatan yang mendorong penduduk kota Khan Younis untuk segera meninggalkan rumah mereka karena Khan Younis saat ini merupakan “zona pertempuran yang berisiko.” Faktanya, Khan Younis dan komunitas perkotaan lainnya di selatan telah menjadi tempat yang aman bagi banyak penduduk Gaza utara. Beredarnya selebaran tersebut menunjukkan bahwa Israel bersiap untuk meningkatkan serangannya.

Seorang perwakilan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Masalah Welas Asih (UN OCHA) mengatakan bangkitnya kembali pertempuran setara dengan “datangnya hal-hal buruk ke Gaza”. Layanan Kesejahteraan di Gaza mengatakan bahwa lebih dari 60 orang tewas dan banyak lainnya terluka akibat serangan udara terhadap sasaran warga biasa.

“Terjadinya kembali ancaman di Gaza adalah sebuah kegagalan,” kata Volker Turk, Kepala Tinggi PBB untuk Kebebasan Bersama.

Pembicaraan untuk memperluas bantuan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir gagal. Pada awalnya mereka berusaha untuk memperluas kegiatan filantropis selama dua hari tambahan.

Alasan kemacetan
Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Associated Press (AP), beberapa jam setelah pertempuran dilancarkan lagi, bahwa Hamas bersedia melanjutkan perdagangan tahanan dengan Israel. Penghentian transaksi terjadi ketika Israel mengkaji permintaan agar pejuang perempuan Israel dikirimkan.

Hamdan mengatakan beberapa rekomendasi mengenai kedatangan tahanan disampaikan oleh perwakilan kelompok tersebut, termasuk Qatar, dan Hamas mengakui tiga nama yang diusulkan.
Israel, lanjutnya, memperkenalkan daftar 10 nama perempuan yang ingin diantarkan. Meski demikian, Hamas menolak ajakan tersebut karena mereka adalah pejuang perempuan. Menurut Hamdan, para wanita itu ditangkap di pangkalan yang dekat dengan garis Gaza.

Otoritas Hamas mengatakan militer Israel tidak bisa mengusir kedatangan tahanan secara paksa. Cara utamanya adalah dengan pertukaran. Israel memaafkan pandangan ini dan menyatakan bahwa kekuatan militer utama dapat membebaskan para tahanan.

Israel mengklaim masih ada 137 tahanan, yaitu 115 pria, 20 wanita dan 2 anak, yang dimiliki Hamas dan kelompok penghalang Palestina lainnya di Gaza.

Dengan terhentinya perundingan perdagangan tahanan hingga jeda filantropis selesai, Jumat (1/12/2023) pukul 07.00 waktu setempat, diskusi untuk memperluas interupsi penuh kasih tersebut gagal. Ada tanda-tanda ledakan dan peringatan dini di Israel yang menunjukkan adanya tembakan roket dari arah Gaza.

Israel menyalahkan Hamas karena mengabaikan rincian kegiatan filantropis, termasuk menghentikan serangan roket ke Israel. Selain itu, Hamas juga menyalahkan Israel karena terus melanjutkan konflik di Jalur Gaza setelah malam sebelumnya menolak semua usulan untuk membebaskan tahanan lain.

Penangguhan pertempuran dimulai pada 24 November dengan kesepakatan gencatan senjata sementara selama empat hari. Lalu, ada penambahan tiga hari tambahan dengan bantuan Qatar dan Mesir sebagai arbiter.

Selama seminggu, Hamas dan kelompok oposisi lainnya di Gaza membebaskan 105 tahanan, sebagian besar dari mereka adalah warga Israel, sebagai imbalan atas kedatangan 240 tahanan Palestina dari lembaga pemasyarakatan di Israel.

Pada Kamis malam, 30 tahanan Palestina ditukar dengan delapan tahanan Israel. Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa beberapa hari yang lalu, 12 tahanan Israel telah dibebaskan. Israel menetapkan kedatangan 10 tahanan setiap hari, sebagai imbalan atas jumlah tahanan Palestina yang berkali-kali lipat, sebagai salah satu negara yang memberikan keringanan filantropis.

Dari mereka yang dikirim pada hari Kamis, ada enam wanita berusia 21-40 tahun, termasuk satu orang dengan kewarganegaraan ganda Meksiko-Israel dan satu lagi dengan kewarganegaraan Prancis-Israel.

Berkedip ke Israel
Beberapa hari yang lalu, Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan pemimpin tertinggi negara Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Bagi Netanyahu, Blinken berharap interupsi yang bermanfaat dapat diperluas.

Bagaimanapun, dengan asumsi Israel melanjutkan konflik dan menyerang Gaza selatan untuk mengejar Hamas, Israel diharapkan melakukan hal tersebut “konsisten dengan peraturan filantropis di seluruh dunia” dan harus memiliki “tujuan dan rencana yang jelas” untuk melindungi masyarakat umum.

Blinken juga mengingatkan para pemimpin Israel untuk tidak mengulangi kesalahan yang terjadi di distrik utara, khususnya banyaknya warga sipil yang terbunuh dan terluka serta besarnya jumlah pengungsi akibat serangan Israel.

Qatar juga mendorong wilayah internasional untuk bertindak cepat menghentikan kekejaman di Jalur Gaza. Salah satu anggota kelompok penyelenggara Qatar, negosiator Abdullah Al Sulaiti, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa sulit untuk menghentikan konflik karena situasinya tidak jelas sehingga mengikuti program filantropis juga akan sama. sulit.