Jerman Di landa Badai Cidera
Jerman berlomba dengan peluang terbatas untuk mendapatkan jumlah awak terbaik jelang duel terakhir Piala Dunia U-17 2023 melawan Prancis, Sabtu (2/12/2023), di Manahan Arena, Surakarta, Jawa Tengah. Mentor Jerman Christian Wueck hanya memiliki 17 pemain dalam kondisi fit.
Meski memiliki, pemain terbatas, Jerman telah, menunjukkan bahwa mereka ,memiliki kualitas tim. yang setara, dan kedalaman kru yang baik. Dengan hanya enam pemain bertahan, terdiri dari seorang ,kiper dan lima, pemain outfield, tim muda Jerman, punya opsi untuk mengalahkan, Argentina di babak, penyisihan.
Perubahan mencolok yang dialami Jerman saat menghadapi Argentina adalah absennya dua pemain yang selalu tampil di 11 pemain vital dalam lima laga terakhir, yakni kiper Max Schmitt dan tuan pembantu, Charles Herrmann. Dua pemain mengalami luka. Artinya, keduanya hanya menyaksikan pasangannya bertanding dari tribun utama Manahan Arena.
Selain Schmitt dan Herrmann, bek sayap Almugera Kabar dan gelandang Assan Ouedraogo juga absen dalam laga babak penyisihan. Kondisi tersebut membuat Wueck hanya memanfaatkan tiga pemain pengganti dari lima pemain pengganti pada laga melawan Argentina. Penyesuaian susunan pemain lebih ditujukan untuk mengejar kehebatan dengan menggantikan pemain depan yang lelah, seperti Max Moerstedt, Noah Darvich dan Bilal Yalcinkaya.
Diakui Wueck, badai luka yang dialami krunya membuat kesiapan krunya tidak begitu baik di babak penyisihan. Ia berharap, seluruh pemain yang ,dirugikan pada pertandingan, babak penyisihan akan bisa, tampil di, pertandingan terakhir.
“Kami berusaha, memanfaatkan dua hari, jeda koordinat ini untuk, bekerja sama dengan spesialis, grup dan fisioterapis untuk, membantu para pemain ,agar tampil baik untuk. pertandingan terakhir. Kami yakin semua pemain harus memiliki kesempatan untuk membantu kami mengembalikan performa terbaik mereka. penghargaan emas,” ujar Wueck di Surakarta, Rabu (29/11/2023).
Pada suatu kesempatan setelah babak penyisihan atau Rabu ini, Wueck baru saja memberikan kursus instruksi pemulihan sebenarnya kepada setiap pemainnya di penginapan. Jerman mengatur program persiapan lapangan.
Pasalnya, mereka hanya punya tiga pemain yang tidak bermain dalam pola pikir seperti itu saat melawan Argentina, yakni Louis Marlo Babatz, Adage Bora Dal, dan Maximilian Herweth. Pada pertandingan sebelumnya, Wueck hanya memasukkan pemain yang tidak mendapat menit bermain untuk berlatih di lapangan dalam kursus instruksi satu hari setelah pertandingan.
Kekuatan mental
Selain itu, Wueck mengapresiasi kerja keras setiap pemainnya yang tampil ideal pada laga melawan Argentina. Wueck mengatakan pola pikir kemenangan kru Jerman telah mengimbangi jumlah pemain yang ditetapkan.
Ia pun memuji penampilan kiper Konstantin Heide yang tampil apik menggantikan Schmitt yang tampil apik mengalahkan Spanyol. Meskipun ditolak berkali-kali oleh striker Argentina Agustin Ruberto, Heide memberikan balasan yang sama dengan menyelamatkan dua penalti pemain Argentina itu.
Konyolnya, pemain utama yang tak terdaftar di grup divisi teratas Jerman atau Eropa itu memaafkan eksekusi kapten Argentina, Claudio Echeverri, dan Franco Mastantuono. Heide adalah mentor dari grup Jerman, SpVgg Unterhaching, yang berkompetisi di Asosiasi Jerman 3.
“Konstatin (Heide) menunjukkan bahwa kami memiliki kiper yang luar biasa. Ketiga kiper kami akan menjadi kiper yang saya terima bisa bermain maksimal ketika diturunkan,” kata Wueck.
Heide mengatakan, presentasi 10 partner di hadapannya membantunya untuk tampil dengan pasti. Masih mengudara untuk tampil lebih baik jika kembali dipercaya menjadi kiper utama di laga terakhir.
“Saya senang bisa membantu tim melaju ke final meski saya tahu masih banyak hal yang perlu saya kerjakan agar tidak menyerah pada target. Saya yakin kami bisa menjadi juara sejak saat itu. setiap pemain memiliki kekuatan masing-masing,” kata Heide.
Laga antara Jerman dan Prancis ini merupakan pertemuan utama dua grup Eropa di final Piala Dunia U-17. Pada Piala, Dunia U-17 versi, 18 terakhir, hanya delegasi, Afrika yang memperkenalkan, duel perebutan hadiah antara ,dua grup dari satu konfederasi. Itu dibuat. di Jepang pada tahu,n 1993 ketika Nigeria, menggulingkan Ghana, kemudian, pada saat itu, Chile pada tahun 2015 ,ketika Nigeria menghancurkan Mali.
Jika menjadi juara, Paris Brunner dan kawan-kawan akan menobatkan diri sebagai tim muda terbaik dalam sejarah Jerman. Mereka akan meraih trofi Piala Dunia U-17 paling berkesan sekaligus dua gelar juara berkat menjuarai Piala Eropa U-17 2023, Juni lalu.
Di sisi lain, Prancis tidak menghadapi badai luka seserius Jerman, namun mereka masih terpuruk tanpa tiga pemain andalan di laga puncak. Tim berjuluk “Les Bleuets” ini berpotensi mendapat gelandang darurat karena gelandang Fode Sylla mengoleksi kartu kuning. Pasalnya, kartu kuning didapatnya pada duel babak penyisihan melawan Mali.
Sebelumnya, Prancis tidak bisa memainkan gelandang lain, Saimon Bouabre, yang mengalami masalah fisik pada laga perempat final melawan Uzbekistan. Penjaga tradisional Yvann Titi juga berpeluang tampil buruk di laga terakhir setelah mengalami kendala fisik di momen ke-63 babak penyisihan. Titi menjadi pencetak gol penyeimbang Prancis ke gawang Mali.
Terlepas dari kemungkinan kehilangan tiga pemain tulang punggung, mentor asal Prancis Jean Luc Vannuchi tak terlalu khawatir dengan kondisi tersebut. Ia menggarisbawahi, setiap pemain Prancis yang ditangani akan mempunyai opsi untuk menampilkan permainan terbaiknya.