Tentang John Wick Menjadi Pejuang Pamungkas

Tentang John Wick Menjadi Pejuang Pamungkas
Seri keempat John Wick (Keanu Reeves), pembunuh profesional luar biasa yang paling ditakuti, telah muncul di layar film Indonesia. Kerinduan pecinta film aktivitas akan pertempuran kejam, baku tembak, dan ngebut yang banyak diatur dalam gaya Wick mungkin akan terpenuhi.

Dalam alur cerita di seri keempat ini, Wick kembali bertemu dengan 12 individu dari The High Table, seorang ahli paling penting dan paling membumi di bidang pembunuh profesional.

Pertarungan Wick menjadi berbelit-belit, terutama ketika banyak pembunuh profesional bergabung mengejarnya dan ingin membunuhnya. Menghadapi situasi dengan seorang ekskomunikasi, juga dikenal sebagai individu yang melanggar sumpah setia mereka kepada orang-orang bersenjata sewaan, kepala Wick dihargai sebanyak 40 juta dolar.

Posisi The Great Table di seri keempat ditangani oleh sosok Marquis de Gramont (Bill Skarsgård) yang licik, mengerikan, dan sangat ingin mengalahkan Wick. Dia juga harus menghadapi beberapa teman seumur hidupnya, yaitu pembunuh profesional yang luar biasa.

Marquis dengan licik menurunkan rekan terdekat Wick, Caine (Donnie Yen), seorang pembunuh profesional tunanetra yang mahir. Caine benar-benar ragu dan merasa harus mengikuti perintah tersebut. Bagi Caine, Wick adalah rekan yang dia hormati.

Seperti tiga seri sebelumnya, episode keempat Wick masih ditangani oleh sutradara Chad Stahelski. Beberapa pemain lama dari seri sebelumnya juga muncul, termasuk penghibur dewasa Ian McShane dan Spear Reddick. Keduanya berperan sebagai Winston dan Charon, supervisor dan pejabat area kerja depan The Mainland, sebuah penginapan tempat orang-orang bersenjata sewaan berlindung.

Di penginapan, para pembunuh ahli dilarang membunuh satu sama lain untuk mendapatkan persetujuan yang berat, khususnya diberi status ekskomunikasi dan dieksekusi.

Selain itu, ada Penguasa Bowery (Laurence Fishburne), Shimazu (Hiroyuki Sanada), gadis Shimazu Akira (Rina Sawayama), dan pembunuh profesional muda Tracker (Shamier Anderson). Sawayama, yang juga merupakan vokalis bahasa Inggris dari anjlok Jepang, membawakan salah satu soundtrack film tersebut, “Tit for tat.”

Sebuah kabar duka datang sekitar tujuh hari sebelum kedatangan film ini. Spear Reddick meninggal pada usia 60 tahun. Dalam adegan film tersebut, Charon yang diperankan Reddick dikabarkan tewas tertembak. Kematian Reddick tentu saja membuat kecewa rekan-rekannya yang terlibat dengan film ini. Simpati bahkan tertanam dalam kredit film John Wick: Bagian 4 menjelang akhir.

Peran Yen dalam film ini juga mengingatkan pada masa lalunya dalam film Disney, Maverick One: A Star Wars Story (2016), sebagai seorang petarung tunanetra yang ahli dalam teknik pertarungan. Dalam John Wick: Bagian 4, Yen secara efektif mengkampanyekan kepala suku untuk mengubah penampilan dan nama orang yang dia perankan.

Pada awalnya, kepribadian Caine akan diberi nama Chang atau Shang, yang menurut Yen sangat klise. Yen pun berhasil mengubah penampilan pakaian Caine menjadi lebih ramping dibandingkan tatanan uniknya dalam mengenakan pakaian tradisional ala Tiongkok.

“Untuk alasan apa namamu harus begitu non-eksklusif? Juga pakaian yang akan dikenakan, aku harus mengenakan kemeja Mandarin rusak. Kalau dipikir-pikir, ini adalah film John Wick. Semua orang harus terlihat keren dan populer. Untuk alasan apa tidak bisakah dia (Caine) terlihat seperti itu juga, keren dan bergaya?” rengek Yen.

Sejak beberapa waktu yang lalu

Kerja sama antara Reeves dan Stahelski bertahan cukup lama, setidaknya ketika pemimpinnya masih menjadi pemeran pengganti. Stahelski awalnya berperan sebagai pengganti Reeves di The Lattice (1999), sebuah film luar biasa saat ini adalah waktu yang tepat. Kerja sama tersebut terjalin melalui beberapa kelanjutan film fiksi ilmiahnya.

Profesi Stahelski terus meningkat dan menjadi fasilitator ganda di banyak film, misalnya The Craving Games: Bursting Into flame (2013) dan The Yearning Games (2012), The Wolverine (2013), The Expandables 2 (2012) dan The Dapat Diperluas (2010), serta Sherlock Holmes: A Round of Shadows (2011).

Dengan landasan tersebut, Stahelski dipastikan benar-benar terdidik di bidangnya. Dia juga memulai karirnya dari dasar dan berkonsentrasi pada banyak teknik pertarungan, misalnya kick boxing dan jeet kun do. Pengerjaan militer terakhir dibuat oleh penghibur aksi yang luar biasa dan pakar pertarungan tangan kosong Bruce Lee.

Tak ada kekhawatiran di seri keempat film John Wick ini, yang kembali sarat dengan berbagai gerakan pertarungan yang kejam namun sempurna dan mengalir tanpa cela layaknya eksekusi pertunjukan balet. Berbagai macam pertarungan, mulai dari tangan terbuka, senjata tajam dan tumpul, serta senjata api, tak henti-hentinya terlihat.

Sang telecaster nampaknya tahu bagaimana mengatur seluruh adegan aktivitas untuk memenuhi dahaga para pengagum adu senjata jarak dekat. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meninju, menendang, menyikut, memukul dan menahan, lalu diakhiri dengan pukulan atau tembakan terakhir yang mematikan.

Hebatnya, semua ini bisa dinikmati dengan menonton dari berbagai titik pengambilan gambar, bahkan dari sudut pandang yang lebih tinggi. Perkembangan Wick dan musuh-musuhnya terlihat jelas dari satu ruangan ke ruangan berikutnya, seperti menonton video game shooting PC.