Spanyol berkali-kali dihancurkan Jerman U-17
Meski lini serang Spanyol berkali-kali dihancurkan, Jerman U-17 akhirnya siap menang dan melaju ke babak penyisihan. Pola pikir kemenangan mereka belum dapat dihentikan hingga saat ini.
Grup Jerman U-17 efektif lolos ke babak penyisihan Piala Dunia setelah membantai Spanyol 1-0 di Jakarta Global Arena, Jumat (24/11/2023) malam WIB. Terus merasakan tekanan dari Spanyol, Jerman pun siap mencetak gol memanfaatkan momen penting. Sikap para pahlawan Jerman U-17 adalah arus kas mereka untuk melampaui apa yang dianggap mungkin dilakukan banyak orang di Piala Dunia.
Hasil ini menyiratkan bahwa Jerman mengungguli pencapaian mereka di Piala Dunia U-17 versi sebelumnya. Jerman terakhir kali mengikuti Piala Dunia U-17 pada rilis 2017 di India. Saat itu mereka baru, siap melaju ke perempat, final setelah dihancurkan Brasil 1-2. Meski begitu, Jerman tidak tampil, pada edisi Piala, Dunia U-17 2019 di Brasil karena tidak, memenuhi seluruh persyaratan, untuk melaju ke, putaran final.
Pengalaman gagal, melaju ke putaran final. Piala Dunia U-17 mendorong Jerman, untuk berbenah dari ,grup masa kecilnya. Dengan demikian, setelah empat, tahun, Jerman memenangkan Piala Eropa U-17 2023 di Hongaria setelah menutupi Prancis melalui adu penalti, 5-4. Sikap menjadi pahlawan Eropa jelas berlanjut hingga Piala Dunia.
Jerman sejauh ini menjadi salah satu grup yang belum pernah dikalahkan di Piala Dunia U-17. Tim yang dilatih oleh mentor Christian Wueck ini selamanya mempunyai pilihan untuk mencetak tiga gol dalam tiga pertandingan di tahap pengumpulan. Mereka punya opsi untuk mengimbangi ketajaman itu di babak 16 besar saat mengalahkan AS, 3-2.
Meski begitu, ketajaman itu tak disangka sirna saat bertemu Spanyol. Jerman tergerak oleh permainan Spanyol yang memikat dan lebih imajinatif di sepertiga akhir pertahanan lawannya. Mereka efektif mengejar dengan memanfaatkan Daniel Yanez atau Peio Huestamendia yang sempat berpikir sejenak untuk berduel untuk melampaui rivalnya.
Sayangnya, pemimpin Spanyol, Marc Guiu, tampil gagal memenuhi ekspektasi. Ia kerap kehilangan bola dan kesulitan melepaskan diri dari ketatnya penjaga gawang pemain Jerman. Pemain Barcelona U-19 juga kerap kehilangan kontak saat menerima umpan sehingga membuka peluang untuk mencetak gol terbuang percuma.
Ketegangan dari Spanyol membuat mentor asal Jerman, Christian Wueck, meminta para pemainnya untuk tidak terlalu salah dalam bergerak maju membantu penyerangan. Penjaga sayap Eric Da Silva Moreira yang biasanya bertekad membantu penyerangan, kali ini lebih membantu dalam memantau wilayah yang dijaga.
Sembari membangun serangan, Spanyol bisa memasang hingga lima pemain di depan dan tengah. Mereka berharap bisa memanfaatkan lebarnya lapangan, namun Jerman bisa menebaknya dengan mendatangkan enam bek.
Selain menguasai penguasaan bola, Spanyol juga sangat unggul dalam mengumpan. Data pertandingan menunjukkan Spanyol melakukan 630 umpan, 584 di antaranya efektif. Sementara itu, Jerman hanya siap melakukan 186 umpan dan 137 di antaranya berbuah gol.
Kami kemudian melakukan perubahan di babak terakhir untuk melakukan yang terbaik yang kami bisa,” kata striker Jerman Robert Ramsak.
Ramsak menilai, sikap pemain Jerman yang punya opsi membuat dirinya dan kawan-kawan mampu menahan serangan Spanyol. Meski pemain Spanyol sebenarnya tak tertandingi, Ramsak dan kawan-kawan tak segan-segan melakukan penghalang. Sikap mereka sebagai penjaga juara Piala Eropa membuat mereka yakin bisa mengalahkan Spanyol.
Saya rasa ini adalah hasil dari pola pikir yang dibangun oleh semua rekan di grup. Itu kuncinya. Para pemain, juga staf, mentor, dan semua orang berhak memuji babak penyisihan.
Di bawah tekanan yang berulang-ulang, kekuatan bagi Jerman akhirnya muncul melalui langkah Paris Brunner. Hanya dengan beberapa kali penguasaan bola, Brunner menjadi inti pengawalan Spanyol hingga berhasil dijatuhkan di kotak hukuman. Brunner tidak menyia-nyiakan hukuman untuk membuat kelompoknya unggul.
Roda takdir berputar. Jerman yang baru-baru ini mengalami perjuangan, diarahkan ke Spanyol. Jelang laga berakhir, Spanyol harus bermain dengan 10 orang setelah kiper Raul Jimenez mendapat kartu merah. Jimenez berusaha menghentikan upaya pemain Argentina yang menghadangnya dalam situasi serangan balik.
“Kami seharusnya memiliki banyak peluang untuk mencetak gol, namun kami tidak mampu mencetak satu gol pun,” kata mentor Spanyol Jose Maria Lana.
Usai pertandingan, para pemain Spanyol berjalan dengan rasa tidak aman menuju ruang ganti. Mereka belum siap menanggapi pertanyaan dari kolumnis. Tampak kesengsaraan terpancar dari wajah mereka.
Euforia kembali menyelimuti Wueck yang sangat puas dengan hasil positif Jerman. Kemenangan ini menguatkan Jerman untuk membangun prestasinya di Piala Dunia U-17. Wueck mengaku siap menghadapi siapa pun dari dua raksasa Amerika Selatan, khususnya Brasil dan Argentina. Dia fokus pada pemainnya untuk mencapai yang terakhir.