Siapakah Yang Akan Menjadi Calon Terkuat Juara – Sehabis setengah masa Liga Inggris lalu, ada 3 regu yang sangat berpeluang juara. Dari sisi performa ataupun mutu regu. Mereka merupakan Liverpool, Arsenal, serta Manchester City. Perkaranya, tidak terdapat satu juga dari ketiganya yang sempurna. Satu sama lain masih memiliki cela tiap- tiap yang nampak sangat jelas.
Liverpool menyudahi paruh masa selaku pemuncak klasemen. Mereka mengoleksi 42 poin, unggul atas Arsenal( 40 poin) ataupun juara bertahan City( 37) yang masih belum memainkan laga minggu ke- 19. Regu asuhan manajer Juergen Klopp itu dapat bersinar berkat efisiensi di 2 sisi kotak penalti, suatu perihal yang tidak dipahami Arsenal.
“ Sang Merah” ialah regu dengan kemasukan sangat sedikit( 16 berhasil). Sementara itu, pertahanan mereka bukan yang terbaik. Bagi Understat, Liverpool mengalami kesempatan lawan yang jauh lebih banyak dibanding Arsenal serta City, ialah 23, 97 expected goals against( xGA). Tetapi, berkat keahlian penjaga gawang Alisson Becker, kemampuan kemasukan dekat 8 berhasil dapat“ dipotong”.
Di sisi serbuan, Liverpool ditopang oleh penyerang Mohamed Salah yang telah menghasilkan 12 berhasil serta 7 asis. Tidak terdapat satu pemain juga babe138 yang dapat melampaui donasi berhasil Salah masa ini, tercantum predator Manchester City Erling Haaland( 14 berhasil serta 4 asis). Bersama Salah, serbuan Liverpool senantiasa benar.
Walaupun begitu, bukan berarti Liverpool telah sempurna. Kenyataan tentang efisiensi di 2 kotak penalti pula menampilkan sisi lain. Mereka sesungguhnya tidak sangat dominan di lapangan, namun banyak tergantung pada aspek orang unggul dalam serbuan ataupun bertahan. Titik sangat lemah dari Liverpool merupakan lini tengah.
Rejuvenasi di lini tengah memanglah membuat Liverpool lebih energik masa ini. Tetapi, presensi gelandang baru semacam Dominik Szoboszlai belum sanggup membuat regu mendominasi absolut lapangan tengah semacam di masa kejayaan Klopp. Kerentanan tersebut nampak jelas kala laga- laga besar yang berlangsung intens.
Liverpool belum sekali juga menang atas regu“ Klasik 6 besar” sehabis setengah masa lalu. Mereka mencatatkan 4 kali imbang serta sekali kalah. 2 laga di antara lain berlangsung pada bulan Desember ini di kandang, Stadion Anfield, versus Manchester United serta Arsenal. Mereka wajib puas berbagi poin dengan regu tamu.
“ Sang Merah” sedikit diuntungkan sebab tidak bermain di Liga Champions, tidak semacam Arsenal serta City. Tetapi, tes sesungguhnya baru hendak tiba di dini tahun. Salah hendak bergabung dengan regu nasional Mesir di Piala Afrika, sedangkan gelandang Wataru Endo hendak membela Jepang di Piala Asia. Paling tidak, Liverpool hendak kehabisan mereka sepanjang sebulan.
Berbanding terbalik dengan Liverpool, Arsenal ialah regu sangat dominan dari sisi game. Mereka hampir senantiasa mendominasi laga, unggul kemampuan serta jumlah tembakan, atas tiap lawan. Tercermin pula dari mutu pertahanan, mereka mencatat kemalingan kesempatan lawan sangat sedikit sepanjang ini( 18, 19 xGA). Lini tengah mereka yang dipandu Declan Rice sangat susah ditembus.
Permasalahan terbesarnya merupakan ketajaman para penyerang“ Sang Meriam”. Bila dibanding dengan agenda masa kemudian, dalam 19 laga dengan lawan- lawan yang sama, produktivitas Arsenal merosot jauh. Mereka cuma mencatat 36 berhasil masa ini, dikala sanggup menghasilkan 48 berhasil masa kemudian. Defisit 12 berhasil lumayan memperlihatkan betapa sungguh- sungguh permasalahan di lini serbu.
Uniknya, Arsenal kehabisan sengatan dari game terbuka yang begitu diandalkan selama masa kemudian. Mereka baru menghasilkan 19 berhasil dari game terbuka ataupun setengah lebih sedikit dari total berhasil. Ada 11 regu yang mencetak berhasil lebih banyak dari game terbuka, antara lain regu papan tengah Bournemouth serta Fulham.
Regu asuhan manajer Mikel Arteta itu malah berganti bagai Stoke City yang populer bertumpu dengan bola mati di dekade kemudian. Sebanyak 11 berhasil telah diciptakan Arsenal dari bola mati, di luar penalti. Mengandalkan bola mati bukan suatu yang haram. Hendak namun, susah tidak berubah- ubah dalam kompetisi 38 minggu bila cuma tergantung dari perihal tersebut.
Arteta mesti menuntaskan permasalahan efisiensi di lini depannya. Paling utama penyusutan ekstrem yang ditampilkan penyerang sayap Gabriel Martinelli di sisi kiri. Martinelli baru mencatat 2 berhasil serta 2 asis. Masa kemudian, ia ialah pemain produktif buat Arsenal di liga( 15 berhasil serta 5 asis). Inefisiensi Martinelli di sisi kiri membuat game“ Sang Meriam” monoton sebab tergantung ke sisi kanan yang diisi Bukayo Saka.
Jendela transfer Januari dapat jadi peluang Arsenal buat mencari pemecahan. Arteta perlu penyerang murni yang dapat membagikan ukuran baru di lini depan. Semacam dikenal, kelebihan utama penyerang Gabriel Jesus merupakan jadi katalis serbuan, bukan mencetak berhasil. Jesus baru menyumbang 3 berhasil di liga sampai dikala ini.
Bila kelebihan Arsenal serta Liverpool disatukan, mereka hendak jadi regu yang sempurna. Seperti itu bentuk skuad City. Regu asuhan manajer Josep Guardiola tersebut masih yang terbaik di liga. Mereka dapat mendominasi game serta pula berkuasa di 2 sisi kotak penalti. Tetapi, bukan tanpa alibi mereka tidak dapat memuncaki klasemen paruh masa.
City tidak memiliki perihal yang dipunyai Arsenal serta Liverpool, ialah motivasi. Motivasi Rodri serta rekan- rekan sedikit turun masa ini sehabis mencapai treble winner. Perihal itu normal, mengingat mereka telah menggapai puncak prestasi selaku suatu klub. Mereka juga terletak dalam fase sedikit menyusut. Tidak hanya itu, aspek badai luka pula ikut membebani mereka.
Dengan kelebihan serta kelemahan 3 regu unggulan juara, persaingan gelar masa ini hendak jauh lebih menarik dari lebih dahulu. Terlebih ada regu“ kuda gelap” semacam Aston Villa serta Tottenham Hotspur yang terus mengusik di papan atas. Sebab itu, bila ditanya siapa calon terkuat juara? Jawabannya belum terdapat.
Kekalahan Arsenal dari West Ham, Jumat( 29/ 12/ 2023) dini hari Wib, mempertahankan Liverpool selaku penguasa Liga Inggris di masa Natal 2023. Walaupun mengetuai,“ Sang Merah” tidak di pole position kesukaan juara. Karena, Manchester City, yang duduk di peringkat keempat, dapat merebut posisi puncak, dini 2024.
Sisi positif dari persaingan papan atas masa ini merupakan jarak 4 poin regu paling atas yang amat tipis. Jarak regu di posisi keempat dengan awal cuma 5 poin.
Itu jelas panorama alam klasemen yang unik. Dalam 2 dekade terakhir, rata- rata regu peringkat awal serta kedua sudah terletak di jalan pacuan tertentu yang meninggalkan tim- tim lain merambah perayaan Tahun Baru.
Pada masa 2022- 2023, misalnya, Arsenal serta City meninggalkan Newcastle United di peringkat ketiga dengan selisih tiap- tiap 9 serta 7 poin kala merampungkan putaran awal. Lebih sadis lagi dicoba Liverpool pada edisi 2019- 2020 dikala mengetuai sendirian kompetisi dengan selisih 16 poin dari posisi kedua sehabis laga boxing day.
Selisih minimun 5 poin antara peringkat awal serta regu di posisi keempat sempat terbentuk pada masa perdana Liga Primer 1992- 1993. Kali terakhir suasana itu terbentuk pada masa 1996- 1997.
Kala itu, Arsenal yang terletak di puncak klasemen bermacam poin seragam, 36 poin, dengan Liverpool serta mereka cuma berjarak 2 poin dari Manchester United di posisi keempat. Apalagi, Chelsea yang duduk di peringkat ketujuh pula cuma berselisih 5 poin dari puncak.
“ Aku pikir masa ini sangat mengasyikkan buat diiringi sepanjang ini. Bisa jadi tim- tim papan atas hendak kembali kehabisan poin di pekan- pekan berikutnya,” kata Jamie Carragher, eks bek Liverpool, semacam dilansir BBC.
Pada 2 masa yang amat ketat itu,“ raja” di dekade dini Liga Inggris, ialah MU bersama Sir Alex Ferguson, menutup masa selaku kampiun. Mereka unggul 4 poin dari Aston Villa di klasemen akhir edisi 1992- 1993, setelah itu meninggalkan Newcastle, Arsenal, serta Liverpool dengan selisih 7 poin di pengujung masa 1996- 1997.