Sepak bola Putri Bukan Sekedar Hanya Menendang Bola

Sepak bola Putri Bukan Sekedar Hanya Menendang Bola

Sepak bola Putri Bukan Sekedar Hanya Menendang Bola
Viny Silfianus nyaris menitikkan air mata saat mengenang momen tersulitnya sebagai pesepakbola wanita. Viny membayangkan laga perdana tim sepak bola publik putri india pada fase pengumpulan Piala Asia Wanita 2022, tepatnya melawan tim publik Australia, di Mumbai Football Field Arena, India, Januari 2022. Ia mengonfrontasi sang komandan. dari tim publik Australia dan para pemain yang masuk dalam tiga nominasi utama Ballon d’Or Female selama tiga tahun berturut-turut sejak sekitar tahun 2021, tepatnya Sam Kerr.

Usai pertandingan, Viny memang ingin berfoto bersama objek pujaannya yang bermain untuk klub Chelsea Ladies. Meskipun begitu, hal ini tidak akan pernah muncul. Pemain yang membentengi Persija Putri di Persatuan Wanita 1 2019 itu kemudian memutuskan untuk mendewakan cuplikan pertemuannya dengan Sam Kerr dalam kenangannya.

Perasaan Viny akan aib, kekecewaan, dan kesulitan menghancurkan ketabahannya untuk mengomunikasikan keinginannya untuk berfoto bersama Sam Kerr. Viny dan kawan-kawan kalah 0-18 dari Sam Kerr dan kawan-kawan. Kekalahan ini menjadi rekor terburuk tim publik putri Indonesia di Piala Asia Putri. Rekor paling mengerikan di masa lalu terjadi pada tahun 1981, saat mereka dihancurkan Taiwan 0-10.

“Sejak saat itu, kami dikecam keras melalui hiburan online. Kami seharusnya memainkan TikTok secara berlebihan. Sejujurnya, ada pemain yang tidak tergabung dalam grup, yang juga disiksa. Benar-benar menyedihkan, bahkan saat ini. masih memprihatinkan jika saya mengingatnya.”Kami juga tidak ada keinginan untuk rugi sebesar itu, apalagi kami mengharumkan nama Indonesia,” kata Viny yang kemudian memalingkan muka dengan tatapan sedih.

Atas kekalahan itu, kata Viny, masyarakat entah dari mana lupa bahwa penampilan tim publik putri di pentas Piala Asia benar-benar sebuah sejarah. Tanpa preseden, selama 33, tahun, Indonesia kembali. bersiap untuk Piala, Asia Wanita. Viny yang, baru berusia 21, tahun bahkan. belum lahir saat, terakhir kali Indonesia, berlaga di Piala, Asia, tepatnya pada, tahun 1989.

Di sisi lain, Viny juga semakin menyadari bahwa level permainan antara Indonesia dan Australia berbeda. Indonesia belakangan kembali berlaga di Piala Asia, sedangkan Australia menjadi standar di Piala Dunia dan menempati posisi keempat versi 2023.

Pemain Australia, termasuk Sam Kerr, juga bermain di salah satu asosiasi terbaik Eropa. Kemudian lagi, pemain Indonesia mendapatkannya dengan memulai satu kompetisi pemula lalu ke kompetisi berikutnya. Mereka diperkirakan akan bermain di sela-sela pertandingan antar kota (tarkam), terutama setelah jeda Persatuan Putri 1 yang dimulai sekitar tahun 2019.

Meski mengalami menit-menit buruk yang membuatnya sengsara selama beberapa waktu dan rentannya nasib karena tidak adanya rivalitas yang standar, Viny tetap bertahan di dunia sepak bola. Fantasi menjadi pesepakbola top, seperti Sam Kerr, membantunya terus berlatih dan mengejar permainan. Ketua Tim Sepak Bola Putri DKI Jakarta untuk Kapabilitas PON Aceh-Sumut 2023 berfantasi bisa mengharumkan Indonesia di kancah dunia dengan bermain bersama Sam Kerr di Chelsea.

“Saya ingin sekali, misalnya, menjadi kaki tangan Sam Kerr di Chelsea. Dia benar-benar mendorong saya untuk bisa bermain di Eropa. Saya juga masih bertahan dengan sepak bola karena sepertinya itu sudah menjadi bagian dari hidup saya. Sebentar lagi Saat aku tidak bermain sepak bola, aku merasa hampa. “Pada saat aku bermain sepak bola, aku fokus di sekitar lapangan dan aku merasa bahagia karena aku tidak memikirkan kesengsaraan atau masalah di luar lapangan,” kata Viny yang memboyong grup sepak bola putri DKI Jakarta untuk memenuhi tuntutan PON Aceh-Sumut 2024.

Hal serupa juga dirasakan oleh pengurus koperasi rakyat perempuan Indonesia lainnya, Hanipa Halimatusyadiah Suandi. Menurut pemain yang awalnya bermain untuk tim nasional pada Gelaran Remaja Putri AFF U-15 2017, Laos, sepak bola telah memberinya banyak hal. Sepak bola mengizinkannya belajar di perguruan Hoki99 tinggi tanpa menyusahkan orang yang dicintainya.

Sepak bola pun memberinya pengalaman pergi ke berbagai tempat di Indonesia dan luar negeri. Kalau bukan karena sepak bola, kata Hanipa, tak terbayangkan ia bisa naik pesawat ke Laos untuk mengawal tim publik Indonesia atau berkunjung ke Papua sekaligus memperkuat tim Jabar di Pekan Olahraga Publik.

Selain itu, sepak bola juga membuat Hanipa merasa dekat dengan ayahnya, Iwan Suandi. Sejak Hanipa berusia 5 tahun, Iwan sudah mengenalnya dengan sepak bola. Iwan yang saat itu menjadi mentor sekolah sepak bola di Sukabumi, Jawa Barat, kerap mengajak Hanipa kecil bermain sepak bola di lapangan depan rumah.

“Sepak bola membuatku semangat dan. Selain itu, saat ini ayahku sudah tiada. Ayahku adalah orang pertama yang melatihku bermain sepak bola ketika aku hampir tidak punya apa-apa. Oleh karena itu, dengan bermain sepak bola, aku merasa seperti aku bisa dekat mendiang ayah saya. “Ada interaksi yang lebih istimewa dengan sepak bola,” kata Hanipa yang baru-baru ini mengantarkan Tim Jabar memenuhi seluruh persyaratan PON Aceh-Sumut.

Sekretaris Jenderal Afiliasi Sepak Bola Putri (ASBWI) Souraiya Farina mengatakan, sepak bola putri tidak boleh terlihat hanya sekedar wanita yang menendang bola. Sepak bola putri bukan sekadar permainan sepak bola putri selama 2 x 45 menit di lapangan.