Perlindungan Maximal Kepada Perempuan Dan Anak Anak Di Gaza

Perlindungan Maximal Kepada Perempuan Dan Anak Anak Di Gaza

Perlindungan Maximal Kepada Perempuan Dan Anak Anak Di Gaza
Komisi Publik Musuh Kebrutalan terhadap Perempuan menyampaikan keprihatinan dan kesedihannya yang mendalam atas kerugian yang dialami warga biasa, khususnya perempuan dan anak muda, di Gaza. Ketahanan global diharapkan dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar para pengungsi, terutama kelompok rentan, anak-anak, perempuan, penyandang disabilitas, dan lansia.

Demikianlah seruan “Seruan Hentikan Perbuatan Salah Terhadap Umat Manusia, Lindungi Masyarakat Biasa, Khususnya Perempuan, Orang Cacat dan Remaja” dari Komisi Publik Musuh Kejahatan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Rabu (13/12/2023) di Jakarta, yang disampaikan Ketua Stormy Hutabarat, Veryanto Sitohang, dan Imam Nahei.

Menurut Komisi Publik tentang Kejahatan Terhadap Perempuan, meninggalnya banyak anak dan perempuan dalam konflik di Gaza menunjukkan kelalaian terhadap standar Peraturan Bermanfaat Internasional. Pedoman tersebut mengatur antisipasi kerugian non-prajurit dan asuransi bagi orang-orang biasa.

Para penyintas perjuangan, khususnya kelompok lemah, tidak hanya kehilangan teman dan keluarga. Mereka juga mengalami pemusnahan harta benda, berbagai jenis kekejaman termasuk berdasarkan orientasi, dan pelanggaran kebebasan umum. Demikian pula, mereka kehilangan akses terhadap pendidikan, layanan kesejahteraan, pekerjaan dan sumber daya keuangan, air bersih, dan iklim hidup yang terlindungi.

“Komnas Perempuan mendesak kekuatan keamanan global untuk memberikan jaminan sebesar-besarnya kepada perempuan dan anak, termasuk perempuan pembela kebebasan dasar, dari serangan yang mengakibatkan luka dan kematian,” kata Stormy Hutabarat.

Berdasarkan informasi dari Kantor Negara-Negara Berkumpul untuk Koordinasi Masalah-Masalah Bermanfaat (UN OCHA) pada 8 Desember 2023, sekitar 17,177 warga Palestina meninggal (70% adalah perempuan atau 5,153 orang) dan anak-anak (7,729 orang), dan 46,000 orang terluka. , 52.000 orang terluka di rumah dan bangunan mereka, 46.000 orang terluka, dan 1,93 juta orang menjadi orang buangan di Gaza (hanya sekitar 85% dari populasi).

Sementara itu, pihak Israel sering kehilangan warga negaranya (1.200 orang meninggal dan 5.431 orang terluka). Data PBB juga menyebutkan bahwa hampir 200 pejabat medis, 102 staf PBB, 41 penulis dan perempuan (pelindung kebebasan bersama) menjadi korban. Pelanggaran kebebasan dasar di tingkat lokal terus menurun dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.

Menurut Veryanto, pantauan Komnas Perempuan terhadap pemberitaan media massa menunjukkan bahwa kedua pihak yang berselisih itu mencegah terjadinya korban jiwa. Pada saat yang sama, proses pengumpulan informasi dihadapkan pada ujian hilangnya kerangka kerja yang menghambat korespondensi dan lalu lintas data sehingga banyak korban yang sebenarnya tercakup dalam struktur yang runtuh.

Menjawab situasi saat ini, Komnas Perempuan pun mengimbau kedua pelaku untuk berhenti menyangkal informasi mengenai korban konflik. Masing-masing pihak perlu menjamin perlakuan yang baik, terutama generasi muda dan perempuan, serta rencana keamanan termasuk kamp pengungsian untuk mencegah peningkatan jumlah korban jiwa.

Komnas Perempuan juga prihatin dengan dampak lain dari hancurnya komunitas filantropis di Gaza. Penggunaan “konflik tanpa henti” dan penolakan demi peraturan global yang penuh kasih diperkirakan akan memicu peningkatan penghinaan, bahaya, prasangka, dan bahkan serangan penindas psikologis di berbagai wilayah di dunia.

Komisi Publik untuk Brutalitas Terhadap Perempuan mengecam sikap negara adidaya yang membiarkan konflik terus berlanjut dan korban jiwa terus berjatuhan. Oleh karena itu, Komnas Perempuan menjunjung tinggi dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk terus mengadakan acara sosial di seluruh dunia untuk membantu Hoki99 segera menyelesaikan gencatan senjata dan mengakhiri konflik serta memberikan bantuan filantropis yang sangat menghargai kelompok-kelompok yang memiliki kelemahan berbeda.

Soal bantuan, Indonesia terus mengirimkan bantuan secara efektif. Menjelang akhir November 2023, Pendeta Perencana Pergantian Peristiwa dan Kebudayaan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy berangkat bersama Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan bimbingan kasih sayang bagi warga Palestina periode kedua di Terminal Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Muhadjir menggarisbawahi, masyarakat Indonesia akan terus fokus untuk meringankan beban penderitaan masyarakat Palestina, mengingat besarnya dampak dan kemalangan yang ditimbulkan oleh konflik terbuka antara Hamas dan Israel. Bantuan ini merupakan wujud ketabahan, kepedulian, kemurahan hati dan tanggung jawab bangsa Indonesia terhadap kualitas kemanusiaan, kata Muhadjir.

Bantuan dari pemerintah Indonesia, daerah dan perusahaan, berisi resep, perlengkapan klinik kesehatan dan kebutuhan lainnya dengan muatan total 21 ton. Panduan tersebut dipindahkan menggunakan dua pesawat dan dikirim melalui terminal El Arish Air yang terletak di Mesir sebelum diberikan kepada penjajah Palestina.