Militer Israel Membunuh Sandra Hamas

Militer Israel Membunuh Sandra Hamas

Militer Israel Membunuh Sandra Hamas
Militer Israel mengakui bahwa tidak pantas menembak mati tiga warga Israel yang dikurung oleh Hamas di Gaza. Situasi pertempuran yang penuh gejolak menyulitkan angkatan bersenjata Israel untuk mengenali teman dan musuh, meskipun Israel diperkirakan akan melancarkan serangan yang akurat.

Kecelakaan itu diumumkan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Perwakilan Militer Israel Daniel Hagari di Tel Aviv, Sabtu (16/12/2023). “Daerah kejadiannya adalah Syiah di Gaza. Tentara Israel telah terlibat dalam pertempuran sengit selama bertahun-tahun dengan Hamas. Di tengah situasi saat ini, tentara melakukan kesalahan dalam membedakan ketiga tahanan dan mulai menembak,” jelasnya. .

Hipotesis sementara yang diajukan Hagari adalah ketiga tahanan tersebut berhasil melarikan diri dari penjara Hamas atau benar-benar ditinggalkan di medan perang. Militer Israel masih menyelidiki alasan ketiga orang tersebut terlibat dalam pertempuran Israel-Hamas. Hagari menyampaikan simpatinya atas bencana tersebut.

Ketiga tahanan tersebut diidentifikasi sebagai tiga pemuda yang diculik dari daerah Israel dekat Gaza. Mereka adalah Yotam Haim (28), Samer Al-Talalka (25), dan Alon Shamriz (26). Dalam serangan 7 Oktober, Hamas menangkap 240 tahanan. Beberapa telah dikirim dan yang lainnya masih menunggu untuk diselamatkan.

Inilah alasan tentara Israel menyerang Gaza karena mereka yakin para tahanan ditahan di jaringan jalan bawah tanah yang dikelola Hamas. Akibat penyerangan tersebut, 18.700 warga Gaza tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak muda. Di pihak Israel, 1.200 orang meninggal karena serangan Hamas. Di Tepi Barat, 275 warga Palestina mati karena tindakan kekerasan dari Israel.

Serangan Israel terus menghajar Khan Younis dan memasuki Rafah, wilayah Gaza selatan yang berbatasan dengan kota Rafah di Mesir. Israel baru-baru ini mengatakan bahwa mereka hanya menyerang Gaza utara, namun munculnya Hamas yang menghancurkan berubah menjadi alasan untuk menyerang Gaza selatan, sementara penduduknya pada dasarnya tidak memiliki tempat berlindung.

Kolumnis yang merinci dari lapangan juga menjadi korban. Berdasarkan laporan Panel to Safeguard Columnists (CPJ), sebanyak 64 penulis terbunuh, terdiri dari 57 penulis Palestina, empat penulis Israel, dan tiga kolumnis Lebanon.

Korban jiwa terbaru adalah juru kamera TV Al-Jazeera, Samer Abu Daqqa, yang terkena roket saat berbincang Hoki99 bersama rekannya, Wael Dahdouh. Sementara itu, Dahdouh kehilangan istri dan tiga anaknya dalam serangan Israel bulan sebelumnya.

Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan muncul di Ramallah, Tepi Barat untuk bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. AS perlu membentengi Pemerintahan Palestina agar hanya ada satu. Saat ini, Abbas berkuasa di Tepi Barat sementara Gaza sangat dipengaruhi oleh Hamas.

Seperti yang ditunjukkan AS, selama Hamas masih ada, Palestina tidak akan bersatu. Otoritas yang seharusnya dikelola oleh pemerintah Palestina atas Tepi Barat dan Gaza. Tentara Palestina di Tepi Barat yang dilatih AS dipandang siap menjadi bibit angkatan bersenjata rakyat Palestina.

Keinginan AS ini menghadapi kesulitan karena Abbas (88) tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat Palestina. Berdasarkan survei, 90% responden di Tepi Barat dan Gaza yakin Abbas harus mundur. Rasa belas kasihan masyarakat terhadap Hamas semakin meluas. Selanjutnya, belum diketahui apakah AS berencana mengubah pemerintahan Palestina yang diikuti dengan tujuannya untuk menggantikan presiden.

Sullivan juga pergi ke Israel untuk bertemu dengan Pendeta Pengawal Israel Yoav Heroic. Dia meminta Israel untuk segera mengakhiri konflik karena AS khawatir atas meningkatnya jumlah warga yang mengalami kemunduran. Brave menjawab bahwa pertarungan ini mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan lebih.

Presiden AS Joe Biden memberikan peringatan kepada Israel untuk mengendalikan tindakan salah yang dilakukan rakyat biasa terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Menurut Biden, dia tidak akan mengizinkan warga Israel yang terbukti mengincar warga Palestina dengan visa Tepi Barat untuk berkunjung, apalagi tinggal di AS.

Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan muncul di Ramallah, Tepi Barat untuk bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. AS perlu membentengi Pemerintahan Palestina agar hanya ada satu. Saat ini, Abbas berkuasa di Tepi Barat sementara Gaza sangat dipengaruhi oleh Hamas.

Seperti yang ditunjukkan AS, selama Hamas masih ada, Palestina tidak akan bersatu. Otoritas yang seharusnya dikelola oleh pemerintah Palestina atas Tepi Barat dan Gaza. Tentara Palestina di Tepi Barat yang dilatih AS dipandang siap menjadi bibit angkatan bersenjata rakyat Palestina.

Keinginan AS ini menghadapi kesulitan karena Abbas (88) tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat Palestina. Berdasarkan survei, 90% responden di Tepi Barat dan Gaza yakin Abbas harus mundur. Rasa belas kasihan masyarakat terhadap Hamas semakin meluas. Selanjutnya, belum diketahui apakah AS berencana mengubah pemerintahan Palestina yang diikuti dengan tujuannya untuk menggantikan presiden.