Mali Hancurkan Strategi Moroko

Mali Hancurkan Strategi Moroko
Keinginan, Maroko mengulangi kejayaannya. atas Mali di babak, penyisihan Piala, Afrika U-17 2023, Mei lalu, pada duel, perempat final Piala Dunia U-17 2023 tak membuahkan hasil, sesuai harapan. Ibrahim Diarra, gelandang sayap sekaligus, ketua Mali, membantu, timnya. menyingkirkan ,Maroko berkat, keunggulan 1-0 di Manahan Arena, Surakarta, Focal Java, Sabtu (.25/11/2023.) malam.

Pada Piala, Afrika U-17 2023, Maroko melaju, ke final setelah. mengalahkan Mali, 6-5, dalam, adu penalti setelah kedu,a tim bermain imbang .tanpa gol selama, satu setengah, jam waktu, normal. Pada laga tersebut, Mali tampil sangat mengejar dan unggul atas Maroko.

Seperti laga semifinal Piala Afrika U-17 yang berlangsung di Mohamed Hamlaoui Arena, Constantine, Aljazair, Maroko membuat Mali lebih menguasai bola dan lebih dinamis dalam mengejar bola. Untuk sementara, Maroko melakukan pengecekan zonal dan garis pengamanan rendah yang bergantung pada serangan balik cepat.

Strategi Maroko lebih berpusat pada memperbaiki pertahanan karena mereka memahami bahwa lawan mereka di Afrika Barat menunjukkan sepak bola yang bermusuhan. Mali menetapkan tiga gol untuk setiap pertandingan di Indonesia 2023.

Serangan Maroko tidak membahayakan perlindungan Mali. Si “Buku Peta Singa”, julukan Maroko, lalai mencatatkan satu tembakan tepat sasaran dari lima tembakan.

Angka tersebut tentu relatif dibandingkan dengan perolehan peluang yang dilakukan Mali. Kelompok yang dikenal sebagai “The Birds” menciptakan 19 tembakan selama satu setengah jam. Sebanyak tujuh tembakan berada di jalurnya. Bukan hanya soal peluang emas, Mali juga unggul penguasaan bola dengan proporsi 62% berbanding 38 persen.

Dalam keadaan seperti ini, Maroko berusaha menahan Mali sehingga pertandingan ditentukan melalui adu penalti. Meski demikian, rencana tersebut tidak terulang kembali di Manahan Arena. Mali pun siap membalas kekalahan tersebut berkat gol tunggal sang komandan, Ibrahim Diarra, pada menit ke-81. Itu merupakan gol ketiga Diarra di Indonesia 2023.

Mentor Mali Soumaila Coulibaly mengakui bahwa timnya harus menghindari adu penalti seperti di Piala Afrika U-17 lalu. Akibatnya, lanjutnya, Mali tidak menahan apa pun di babak utama.

“Sayangnya, kami gagal, memanfaatkan berbagai peluang. untuk mencetak gol, di babak pertama. Hal itu membuat, anak-anak harus, bekerja lebih keras,, untuk bisa menang,” ungkap Coulibaly ,usai pertandingan.

Dia menambahkan: “Kami merasa sedikit lebih baik untuk mencetak gol sebelum waktu normal berakhir. Kami seharusnya menang dengan skor yang lebih menyenangkan.”

Gol semata wayang Mali tercipta dari tembakan ke-6 di lintasan. Pintu terbuka objektif tercipta setelah tembakan striker tempat Mali Ibrahim Kanate membentur garis gawang. Diarra menendang bola liar ke gawang yang tidak dijaga.

“Saya senang bisa membantu tim dengan menjamin satu tempat di babak penyisihan. Kemudian, kami akan berjuang untuk mendominasi pertandingan berikutnya agar bisa tampil di final,” ungkap Diarra usai pertandingan.

Dapat diandalkan
Adegan pembeda terjadi di blended zone Manahan Arena usai duel tim Afrika. Semua pemain Mali memuji kemenangannya dengan berteriak dan melompat-lompat, sementara pemain Maroko berjalan lesu, bahkan ada beberapa pemain yang menangis.

Meski menang, para pemain Mali tidak menikmati kemeriahan di ruang ganti. Sekitar 15 menit setelah peluit akhir dibunyikan, rombongan Mali sudah meninggalkan arena menuju penginapannya.

Lolos ke babak penyisihan, Mali tetap menjaga konsistensi untuk terus mencapai empat besar dalam tiga kerja sama terakhir di Piala Dunia U-17. Sebelumnya, The Birds kembali membawa pulang medali perak di Chile 2015, kemudian hanya menempati posisi keempat di India 2017.

Selain itu, keinginan Mali untuk meraih kembali gelar paling berkesan di Piala Dunia U-17 akan menghadapi ujian grup Eropa, Prancis. Pada pertandingan Sabtu malam di Manahan, Prancis mengalahkan Uzbekistan, 1-0.

“Kemenangan ini menunjukkan kami bisa mengalahkan kelompok mana pun,” kata Coulibaly.

Bagi Maroko, kekalahan dari Mali berarti mereka gagal melaju ke partai puncak dalam tiga kompetisi otoritas berturut-turut. Sebelumnya, mereka pernah tampil di final Piala Badui U-17 2022 dan Piala Afrika U-17 2023. Kru The Chart book Lions mengalami kekalahan di dua final tersebut.

Meski begitu, mentor Maroko Said Chiba tetap senang dengan penampilan para pemainnya di Indonesia 2023. Tampil di babak perempat final telah mengungguli perjalanan mereka yang tersingkir di babak 16 besar di Meksiko 2011.

“Hasil ini, mengecewakan mengingat, fakta bahwa. kami harus tetap, berada di, kompetisi ini. Meski, demikian, secara, umum, saya senang atas, perjuangan yang ditunjukkan. setiap pemain untuk, maju ke tahap ini,” kata Chiba.