Liga Super Eropa Masih Belum Berkembang

Liga Super Eropa Masih Belum Berkembang

Liga Super Eropa Masih Belum Berkembang
” Sokongan” Majelis hukum Berolahraga Eropa tidak otomatis memperkenalkan kepastian untuk Liga Luar biasa Eropa. Ketidakhadiran pemodal menyebabkan liga itu susah buat dijalankan.

Lampu hijau didapatkan Liga Luar biasa Eropa dari Majelis hukum Berolahraga Eropa di Luksemburg. Vonis kalau 2 otoritas sepak bola, UEFA serta FIFA, tidak mempunyai kewenangan buat menutup kesempatan kedatangan kompetisi sepak bola lain dikira positif oleh Real Madrid serta Barcelona, 2 klub pendiri tersisa Liga Luar biasa Eropa.

” Kami mempunyai hak buat menyelenggarakan kompetisi. Dominasi UEFA sudah berakhir. Klub- klub saat ini leluasa dari ancaman sanksi serta leluasa memastikan masa depan mereka,” ucap CEO Liga Luar biasa Eropa Bernd Reichart dalam penjelasan pers, Kamis( 22/ 12/ 2023).

Format Liga Luar biasa Eropa terbaru tertuang dalam proposal berjudul A22. Sebanyak 64 regu berkontestasi di 3 divisi, ialah bintang, emas, serta biru. Divisi bintang terdiri dari 32 regu, sebaliknya 16 regu tiap- tiap berkompetisi di divisi emas serta biru.

Tetapi, vonis Majelis hukum Berolahraga Eropa itu tidak menarik atensi klub- klub lain buat kembali bergabung dengan rencana Liga Luar biasa Eropa itu. Tidak cuma, klub- klub, otoritas, kompetisi handal, semacam, Premier League Inggris, La Liga Spanyol, serta Ligue 1, Perancis, sudah menghasilkan, statment buat menolak, bergabung dengan, usulan proposal, A22 yang diajukan ,Liga Luar biasa Eropa, bersama 2 regu pendiri.

Beberapa klub yang mengantarkan penolakannya merupakan Manchester United, Chelsea, Tottenham Hotspur, Manchester City, Paris Saint- Germain, Bayern Muenchen, Atletico Madrid, Villarreal, Sevilla, Inter Milan, serta AC Milan.

Walaupun Juventus pernah jadi salah satunya klub Italia tersisa yang menunjang Liga Luar biasa Eropa, di dasar kepemimpinan Presiden Gianluca Ferrero,” Sang Nyonya Besar” tidak hendak menunjang usulan kompetisi” pemberontakan” itu.

Kebanyakan klub- klub yang menolak itu merupakan bagian dari 12 klub pendiri Liga Luar biasa Eropa, 18 April 2021 kemudian. Penolakan itu membuat UEFA serta FIFA tidak butuh lagi mengkhawatirkan langkah mereka buat menyelenggarakan format baru kompetisi antarklub.

Bersamaan kedatangan rencana Liga Luar biasa Eropa, UEFA memperkenalkan format baru Liga Champions Eropa mulai edisi 2024- 2025. Sebanyak 36 regu hendak bertarung, yang memperbesar jumlah klub partisipan dari 32 regu sepanjang ini, demi melaksanakan kuantitas pertandingan yang menyeluruh serta pembagian keuntungan lebih setara.

FIFA juga demikian. Piala Dunia Antarklub mulai 2025 hendak seragam dengan Piala Dunia Antarnegara. Kompetisi diiringi 32 regu yang diselenggarakan pada masa panas, bukan di sela- sela kompetisi dalam negeri.

Aku berharap mereka mengawali kompetisi yang fantastis lekas dengan 2 klub( Real Madrid serta Barcelona),” sindir Presiden UEFA Aleksander Ceferin.

Presiden FIFA Gianni Infantino menghormati vonis Majelis hukum Berolahraga Eropa. Walaupun demikian, FIFA senantiasa hendak melaksanakan rencana kompetisi antarklub yang bertujuan menyajikan kompetisi terbaik di dunia.

” FIFA hendak terus berupaya menyajikan kompetisi terbaik yang berkerja sama dengan asosiasi anggota, konfederasi, serta pemangku kepentingan sepak bola lain buat membagikan keuntungan untuk game kami,” ucap Infantino.

Dorongan usulan penyelenggaraan Liga Luar biasa Eropa tidak lepas dari impian klub- klub besar menemukan keuntungan finansial yang setara. Hendak namun, pada kesimpulannya, urusan finansial pula yang mengandaskan Liga Luar biasa Eropa saat sebelum mengawali sepak mula.

Pada April 2021 kemudian, bank asal Amerika Serikat, JP Morgan Chase, membagikan komitmen sokongan kepada Liga Luar biasa Eropa. Mereka berencana menyimpan investasi sebesar 3, 5 miliyar euro( Rp 59, 7 triliun).

Saat ini, sokongan JP Morgan Chase telah tidak terdapat. Mengharapkan sokongan dari negara- negara petrominyak, semacam Arab Saudi, Qatar, serta Uni Emirat Arab, pula telah mustahil. Uni Emirat Arab, misalnya, telah mempunyai tekad sendiri buat membentuk konsorsium sepak bola lewat Tim Sepak Bola City. Sebanyak 13 klub dikelola tim itu, di antara lain Manchester City( Inggris), Girona( Spanyol), serta Palermo( Italia).

Ada pula Qatar telah mempunyai ikatan erat dengan FIFA. Sehabis ditunjuk selaku tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar jadi penyandang dana bermacam- macam aktivitas sosial otoritas sepak bola dunia itu lewat kemitraan dengan entitas tubuh usaha kepunyaan negeri, semacam Qatar Airways serta Qatar Foundation.

Harapan terbanyak buat membentuk kompetisi tandingan merupakan sokongan dari Arab Saudi. Itu sudah ditunjukkan Saudi di arena golf dengan membentuk touring LIV Golf yang mengakhiri Touring PGA yang sudah berjalan nyaris 100 tahun.

Terlebih, Saudi pula tengah gencar membentuk citra selaku salah satu negeri kiblat sepak bola. Trio klub Saudi, ialah Angkatan laut(AL) Nassr, Angkatan laut(AL) Hilal, serta Angkatan laut(AL) Ahly, mendatangkan pemain- pemain top asal Eropa dengan bayaran transfer besar. Tidak cuma itu, pelatih- pelatih asal Eropa, salah satunya Steven Gerrard, pula dihadirkan buat tingkatkan mutu serta pamor liga Timur Tengah itu secara global.

Mengharapkan sokongan dari Saudi buat Liga Luar biasa Eropa pula cuma impian semu. Sementara itu, Liga Luar biasa Eropa berpeluang jadi peluang terbanyak tim- tim terbaik Saudi bertarung dengan tim- tim Eropa. Liga Luar biasa Eropa dapat saja mengundang regu Saudi. Itu seragam dengan isu yang tengah gencar bersamaan rencana UEFA membagikan undangan buat regu Saudi tampak di Liga Champions.

Tetapi, Saudi juga sudah akrab dengan FIFA. Metode FIFA buat menyatukan jatah tuan rumah 3 konfederaasi dalam satu edisi Piala Dunia 2030 menampilkan langkah Infantino buat melindungi” limpahan duit” negeri Timur Tengah itu.

Sementara itu, dengan format baru Piala Dunia semenjak edisi 2026 yang diiringi 48 partisipan, acara sepak bola terakbar itu nampak mustahil diselenggarakan oleh satu negeri. Karena, format Piala Dunia itu memerlukan dana sangat besar bersamaan kebutuhan ketersediaan belasan stadion kelas A, sarana latihan, serta hotel bintang 5 yang melebihi kebutuhan 32 regu pada edisi 2022 kemudian. Amerika Serikat juga perlu dorongan dari Kanada serta Meksiko buat menggelar Piala Dunia 2026.

Tidak ayal, impian Liga Luar biasa Eropa buat membagikan kepastian finansial untuk tim- tim partisipan jauh panggang dari api sebab ketiadaan pemodal paling tidak sampai dikala ini. Perihal Babe138 itu belum mangulas lagi penentuan partisipan di 3 divisi, kemudian format kompetisi tentu buat memastikan juara serta promosi- degradasi. Banyak perihal yang wajib ditempuh Liga Luar biasa Eropa buat dapat mewujudkan kompetisi itu.

Jadi, ekspedisi buat mewujudkan Liga Luar biasa Eropa masih bersama kabur walaupun telah terdapat” kepastian” dari Luxemburg. Itu belum menghitung pula penolakan segala suporter klub sepak bola di Eropa kepada klub mereka yang bergabung dengan kompetisi” pemberontakan” itu.

Persoalan semacam itu menggemakan keprihatinan Michel Platini 10 tahun kemudian dikala masih jadi Presiden Persatuan Asosiasi Sepakbola Eropa( UEFA). Platini mengkritik dominasi klub- klub kaya yang senantiasa sukses jadi juara Liga Champions.

Dia mendambakan kompetisi yang lebih setara di antara klub- klub Eropa serta mencegah doping finansial dalam sepakbola. Apalagi, dia melaporkan mau“ melindungi sepakbola dari bisnis”.

Platini sendiri setelah itu tersandung skandal korupsi serta mengundurkan diri dari posisi Presiden UEFA pada 2016. Hendak namun, warisannya sudah diterapkan UEFA semenjak 2011 sampai saat ini: Financial Fair Play( FFP).

Sehabis FFP mulai diterapkan pada 2011, gimana hegemoni klub- klub kaya dalam kompetisi Liga Champions? Sehabis mulai dengan uraian tentang asal- usul FFP, hendak dilihat akibat penerapan FFP dalam perihal sanksi, pergantian pemasukan klub, dan tren juara Liga Champions selaku liga sangat bergengsi di dunia.