Cerita Beberapa Artis Soal Sunat Dini Pada Anak Mereka
Pada dasarnya setiap orang tua mengalami tekanan untuk menyunat anaknya sejak usia dini. Membayangkan anak menangis saat disunat mungkin membuat penjaganya stres. Apalagi jika anak muda tersebut disunat pada usia yang hampir tidak ada, bahkan masih anak-anak. Sebab, pada umumnya dalam budaya Indonesia, anak muda disunat ketika mereka sudah lebih mapan, misalnya pada waktu-waktu tertentu ketika anak tersebut meminta untuk disunat. Hal ini dipandang sebagai perencanaan mental remaja. Sangatlah sulit untuk percaya bahwa anak Anda akan ditempatkan dalam isolasi.
Terlepas, dari itu, ada beberapa kondisi yang, mengharuskan anak ,disunat pada usia. dini, seperti penyakit atau masalah, lain pada saluran, kemih. Meskipun masalah ini, dialami oleh sekitar, 2% anak muda, masalah ini sangat umum terjadi. Hal ini, juga didukung oleh, beberapa anak cucu. nama-nama besar, Tanah Air, seperti anak Tya, Ariestya, Oki Setiana Dewi, dan ana,k Zaskia Mecca. Mereka memutuska,n untuk menyunat. anak mereka jika memungkinkan karena mereka mengalami masalah saluran kemih. Yuk Moms, simak catatan pengalaman Oki, Tya, dan Zaskia saat hendak pergi bersama anak yang disunat di usia dini.
Kalundra, anak Tya Ariesta harus disunat saat berusia setengah tahun karena mengidap penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang menghambat pergantian penyakitnya.
Pada tahun 2019, Tya dan belahan jiwanya memutuskan untuk menjalani siklus sunat pada calon anak mereka, Kalundra. Pengalaman tersebut dibagikan Tya di Instagram miliknya @tya_ariestya beberapa saat setelah rangkaian khitanan. Keputusan untuk menyunat remajanya di usia 6 tahun bulan bermula dari berat badan Kalundra yang tidak kunjung bertambah dalam 3 bulan terakhir. Berdasarkan percakapan dengan tenaga profesional terlatih dan menjalani tes kencing, ternyata Kalundra mengidap ISK.
Mengetahui hal tersebut, Tya dan pasangan hidupnya memutuskan untuk memperhatikan arahan ahli untuk menyunat Kalundra. Hal ini diambil karena ISK yang dialami Kalundra memang bisa kambuh dan bisa mengganggu pergantian kejadiannya. Tya bersyukur sekali, proses khitanan berjalan dengan mudah dan Kalundra tidak rewel dalam kapasitas apapun. Proses pemulihannya sangat cepat, bahkan setelah disunat, Kalundra punya pilihan untuk memakai popok dan segera berguling-guling di tempat tidur. Kalundra juga tidak perlu khawatir untuk dirawat di rumah sakit, cukup membutuhkan waktu dua atau tiga jam dari siklus sunat hingga ia diperbolehkan kembali.
Itu yang Tya pasrah jika bisa berkelana ke masa lalu, dia harus menyunat anak terpentingnya, Kanaka, sebelum usia 90 hari yang pada dasarnya tidak ada tanda-tandanya. Sebab, berdasarkan pengalamannya, secara kebetulan, sunat pada anak muda mempunyai risiko yang tidak terlalu besar. Apalagi saat remaja tersebut berusia di atas 3 tahun, tentunya ia membutuhkan kesempatan ekstra untuk menguasai sunat agar bisa meyakinkan Kanaka untuk bekerja sama.
Ibrahim, anak Oki Setiana Dewi mengalami phimosis hingga membesar dan menangis saat buang air kecil, akhirnya harus disunat saat berusia 3 tahun.
Ia memindahkan akun ilmu Oki di Instagram miliknya @okisetianadewi. Ibrahim merupakan anak ketiga Oki sekaligus anak terpentingnya karena anak pertama dan kedua adalah remaja putri. Terlepas dari kesadaran mereka akan usulan Pengamat untuk menyunat anaknya saat masih kecil, namun nyatanya Oki dan belahan jiwanya menundanya. Hal ini karena Oki dan pasangannya tidak memiliki pengalaman yang benar-benar memusatkan perhatian pada seorang anak muda yang mengalami masalah pada bagian saluran kencingnya.
Hingga suatu hari, Ibrahim menangis tersiksa. Tanpa ragu, bahkan titik tertinggi penisnya pun memanjang dan berwarna merah. Hasil diperiksa, ternyata Ibrahim mengidap phimosis. Dikutip dari Halodoc, phimosis merupakan masalah pada penis yang tidak disunat, yaitu kulit di ujung kepala penis terlalu rapat sehingga tidak bisa ditarik kembali. Begitu pula dengan tanah bekas kencing yang total dan dapat menimbulkan pencemaran.
Kondisi tersebut membuat Ibrahim menangis ketakutan hingga memberontak karena disiksa. Hingga akhirnya Oki memutuskan untuk memperhatikan arahan ahli untuk menyunat Ibrahim di fasilitas krisis. Oki memilih metodologi sunat berteknologi bipolar seperti yang diusulkan oleh profesional terlatih. Hingga akhirnya proses khitanan berjalan sesuai rencana, dan Ibrahim hingga saat ini tidak merasakan siksaan.