Bersepeda Ke Tempat Kerja Membuat Sehat

Bersepeda Ke Tempat Kerja Membuat Sehat
Andi Saputra (41), salah satu delegasi rahasia, memacu sepedanya dari Bekasi, Jawa Barat, menuju kantornya di Jakarta Selatan, Selasa (5/9/2023). Ia memilih menggunakan sepeda untuk berangkat ke lingkungan kerja karena lebih baik dan bijaksana.

Pandemi Covid kemudian menjadikan bersepeda sebagai contoh di mata masyarakat. Di berbagai persimpangan mudah dijumpai masyarakat yang bersepeda bersama lingkungan sekitar secara mandiri untuk bekerja. Perkembangan ini masih sering dijumpai hingga saat ini. Namun, Anda harus berhati-hati dalam bersepeda menuju lingkungan kerja di tengah tingginya polusi udara seperti di Jakarta saat ini.

Andi Saputra (41), seorang delegasi rahasia di Jakarta Selatan, sangat paham dengan jadwal harian yang padat ini. Ia biasa bersepeda dari Bekasi, Jawa Barat, apapun kendaraan bermotor yang ia miliki. Dia mungkin menggunakan kendaraan bermotor saat bepergian jauh bersama teman dan keluarganya.

Selasa (5/9/2023), ia menempuh jarak 19,87 kilometer dalam catatan waktu 1 jam 16 menit dengan kecepatan sekitar 20 kilometer setiap jamnya. Kondisi lalu lintas dari rumahnya ke kantornya pada saat itu sangat terhambat. Karena dia bersepeda, dia bisa menyeberang jalan ketika tidak ada orang dengan berjalan kaki atau jalan tikus.

Menurut Andi, catatan waktu tersebut tidak sepenuhnya unik dalam kaitannya dengan penggunaan kendaraan bermotor. Saat ia memang membutuhkan kemampuan beradaptasi yang lama dan cepat dalam pekerjaannya, ia cukup menggunakan transportasi umum, misalnya ojek online di Jakarta.

Andi menyiasati polusi di Jakarta dengan berangkat pagi, sekitar pukul 06.30, dan pulang setelah pukul 18.00 WIB. Perlu diingat, dia kebanyakan memakai jubah dan topi pertahanan, serta lampu malam sebagai penanda.

Banyak manfaat yang didapat dari bersepeda ke tempat kerja, mulai dari menjadi lebih baik dan segar, hingga berhemat karena tidak perlu membeli bahan bakar. Andi pun tak perlu berkali-kali ke bengkel untuk memantau kendaraan bermotornya.

“Badannya lebih bagus. Apalagi kalau berangkat kerja buka PC sampai jam 17.00. Itu perlu olahraga. Lumayan, pulang pergi 40 kilometer jadi basah oleh keringat. Waktu lebih terukur dan moderat karena tidak perlu beli minyak.Bantuannya ringan, tinggal menyedot saja, kata Andi.

Sementara itu, Fahmi Saimima, General Seat Bike to Work Indonesia, menggunakan sepeda dan angkutan umum khususnya kereta ringan (LRT) untuk menuju lingkungan kerja. Dia keluar di Bekasi, Jawa Barat, pukul 06.00 lalu bersepeda menuju Stasiun LRT Bekasi Barat dan turun di Stasiun LRT Pancoran Barat, Jakarta Selatan.

Kemudian, pria paruh baya itu memacu sepedanya menuju kantornya yang berlokasi di Jalan Administrator Tendean, Jakarta Selatan. Jarak kampanye sekitar 24 kilometer ditempuh dalam waktu sekitar satu jam.

Dia menggunakan kendaraan pribadi ketika benar-benar penting. Kegemaran bersepeda ke lingkungan kerja dimulai sejak pandemi Covid. Sebelumnya, dia hanya menguraikan sepeda untuk dialihkan saat bertamasya.

Memang yang paling dekat itu seperti belanja ke minimarket atau ke masjid lewat sepeda. (Sepeda) menjadi teman selamanya,” ujarnya.

Fahmi mendapatkan banyak manfaat dari bersepeda. Selain bijaksana dan kuat, juga mendapat manfaat sosial. Fahmi sangat mengajak orang-orang yang ditemuinya di kota. Itu membuatnya merasa bahagia. Sebenarnya, dia mungkin berinteraksi dengan pengendara sepeda individu kapan saja saat melakukan putaran.

Risiko kekotoran batin
Banyaknya pesepeda yang bergabung dalam Bike to Work Indonesia menjadikan visi dari lingkungan ini. Langsung saja mereka tinggal mengurus pemenuhan kebutuhan individu masyarakat Indonesia dengan bersepeda. Bike to Work Indonesia yang pertama kali dimulai di Jakarta pada tahun 2004, telah menyebar ke 42 jaringan metropolitan. Meski begitu, sejauh jumlahnya, mereka tidak mencatatnya secara sah mengingat siapa pun bisa bergabung tanpa memilih.

Isu polusi udara sudah lama mendapat perhatian dari Bike to Work Indonesia bersama lembaga non-pemerintah (LSM) lainnya. Mereka sudah berupaya menempuh jalur hukum, namun persoalan ini sepertinya belum ada kesimpulannya.

Dokter Soeradji Tirtonegoro, Guru Jantung Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), sekaligus Tenaga Pendidik Staf Kesejahteraan Umum dan Keperawatan Sekolah Gadjah Mada (UGM), Furqon Satria Adi Pradana mengungkapkan, bersepeda merupakan gadget yang dapat membuat tubuh sehat, baik Anda bermaksud berolahraga atau tidak.

Berdasarkan Public Library of Prescription, bersepeda ke tempat kerja dapat menurunkan angka kematian akibat segala sebab hingga 39 persen. Secara keseluruhan, orang yang bersepeda 10 tahun lebih muda dibandingkan usia normalnya, dibandingkan orang yang tidak bersepeda. Bersepeda ke tempat kerja mengurangi risiko perkembangan penyakit kardiovaskular, dada, dan usus besar, serta mengontrol berat badan.

Furqon mendapat pemahaman bahwa bersepeda sama dengan olahraga kardio lainnya, misalnya lari, lari, dan berenang yang mampu memicu kerja jantung yang baik. Keuntungan bersepeda akan diperluas mengingat aktivitasnya sekitar 60-70 persen dari detak jantung terbaik.