
Turki Desak Israel Untuk Tidak Bunuh Tokoh Penting Hamas
Setelah Qatar, ini adalah kesempatan Turki untuk memperingatkan Israel tentang pembunuhan tokoh Hamas. Ankara meminta Israel untuk tidak membunuh tokoh Hamas di Türkiye.
Peringatan Ankara disampaikan oleh seorang pejabat intelijen Turki yang menolak untuk dibedakan. Ankara memberikan teguran kepada Israel mengingat laporan tentang penjelasan Israel yang sebenarnya. Jika (pembunuhan) itu dilakukan, Israel akan menghadapi akibat yang serius, kata otoritas tersebut, Senin (4/12/2023) malam waktu Ankara atau Selasa. (5/12/2023) dini hari WIB.
Ankara membantu sejumlah organisasi intelijen asing gagal ketika mencoba melakukan kegiatan ilegal di Turki. Ankara akan terus menjamin bahwa tidak ada pihak asing yang dapat melakukan latihan terbatas di Turki.
Peringatan Ankara diberikan setelah muncul berita mengenai rencana Israel untuk membunuh pejabat tinggi Hamas. Media Israel, KAN dan Hours of Israel, menyiarkan rekaman suara Pimpinan Organisasi Keamanan Publik Israel (Shin Bet) Ronen Bar.
Bar mengatakan, pembunuhan tokoh Hamas didukung oleh biro Israel. “Di Gaza, di Tepi Barat, di Lebanon, di Turki, di Qatar, siapapun. Ini akan memakan waktu beberapa tahun, namun kami akan mewujudkannya,” katanya.
Permintaan berburu
Pemimpin tertinggi negara Israel Benjamin Netanyahu telah mengungkap permintaan perburuan Hamas. Permintaan itu diberikan kepada kantor pengetahuan Israel, Mossad. Permintaan itu penting sebagai respons pasca Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Mossad dan Shin Bet disebut-sebut merupakan tim yang luar biasa. Titik fokus misi ini adalah mengikuti dan membunuh orang-orang yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023.
Selain itu, Netanyahu juga disebut-sebut telah memberikan jaminan kepada Qatar. Kepada otoritas intelijen Qatar, Netanyahu bersumpah tidak akan membunuh tokoh Hamas di Qatar. Komitmen ini dibuat sebagai salah satu syarat sebelum Qatar menyetujui bantuan pembebasan tahanan Hamas.
Sebagai perantara, Qatar bisa membuat Hamas membebaskan banyak tahanan. Selain itu, Qatar juga memaksa Israel untuk membebaskan banyak warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel lainnya. Terlebih lagi, hingga tanggal 30 November 2023, Hamas-Israel memutuskan untuk melakukan interupsi atas dasar belas kasihan.
Tragisnya, intervensi Qatar tidak mampu membuat Hamas-Israel melanjutkan interupsi yang bermanfaat. Oleh karena itu, pertempuran kembali terjadi di Gaza.
Dilanjutkan dengan penyerangan
Kali ini Israel fokus ke Gaza bagian selatan. Faktanya, Israel meminta agar penduduk Gaza bermigrasi ke Gaza selatan ketika invasi dimulai pada 8 Oktober 2023. Israel juga membatasi penduduknya untuk kembali ke Gaza utara ketika penundaan yang berguna itu dilakukan.
Tak hanya penduduk, perusahaan internasional juga didekati untuk meninggalkan Gaza bagian selatan. Asosiasi Kesejahteraan Dunia (WHO) mengakui bahwa mereka diminta oleh Israel untuk membersihkan pusat distribusinya di Gaza selatan.
WHO menyatakan mendapat pedoman dari Israel untuk mengosongkan pusat distribusi bantuan WHO di Gaza selatan. Pengosongan harus selesai dalam 24 jam atau kurang. Israel menyatakan akses ke pusat distribusi ditutup selama pemogokan.
Serangan Israel dihentikan ketika mitra-mitranya mulai memikirkan kembali dukungannya. Dalam proklamasinya pada Sabtu (2/12/2023), Menteri Perlindungan AS Lloyd Austin memperingatkan Israel untuk menghindari kemunduran personel non-militer. Jika tidak, Israel akan mengalami kerugian besar.
Ia berbagi pengalamannya saat menjabat sebagai komandan perang AS. “Contohnya adalah kita bisa memenangkan konflik metropolitan dengan melindungi masyarakat biasa. Dalam pertarungan ini, yang berada di tengah adalah warga biasa. Jika kita membuat mereka berada di bawah kendali musuh, kita mengganti kemenangan strategis dengan kekalahan besar,” dia berkata.
Kepada otoritas intelijen Qatar, Netanyahu bersumpah tidak akan membunuh tokoh Hamas di Qatar. Komitmen ini dibuat sebagai salah satu syarat sebelum Qatar menyetujui bantuan pembebasan tahanan Hamas.
Sebagai perantara, Qatar bisa membuat Hamas membebaskan banyak tahanan. Selain itu, Qatar juga memaksa Israel untuk membebaskan banyak warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel lainnya. Terlebih lagi, hingga tanggal 30 November 2023, Hamas-Israel memutuskan untuk melakukan interupsi atas dasar belas kasihan.
Tragisnya, intervensi Qatar tidak mampu membuat Hamas-Israel melanjutkan interupsi yang bermanfaat. Oleh karena itu, pertempuran kembali terjadi di Gaza.
Dilanjutkan dengan penyerangan
Kali ini Israel fokus ke Gaza bagian selatan. Faktanya, Israel meminta agar penduduk Gaza bermigrasi ke Gaza selatan ketika