Pesawat Amerika Jatuh 7 Awak Belum Di Temukan

Pesawat Amerika Jatuh 7 Awak Belum Di Temukan
Pesawat militer AS V-22 Osprey jatuh di perairan selatan Jepang. Kelompok penyelamat menjelajahi perairan sekitar lokasi kecelakaan pada Kamis (30/11/2023) untuk mencari tujuh orang yang hilang. Kecelakaan ini menambah daftar panjang bencana yang menimpa pesawat serupa akhir-akhir ini.

Pesawat V-22 Osprey jatuh di perairan Pulau Yakushima antara Pulau Kyushu dan Kepulauan Okinawa, Rabu (29/11/2023). Di suatu tempat sekitar satu bagian kelompok dilaporkan terbunuh. Pesawat rotor miring (dapat lepas landas seperti helikopter, dan posisi motor bergeser saat terbang seperti pesawat pada umumnya) membawa delapan tim dan pelancong.

Dalam penjelasan resmi dari Ruang Perang Angkatan Bersenjata AS yang berbasis di AS, disebutkan bahwa nasib tim dan penumpang Osprey yang jatuh belum diketahui. Pesawat yang jatuh itu seharusnya adalah CV-22B Osprey yang berbasis di Pangkalan Udara Yokota di bawah Sayap Udara Tugas Luar Biasa ke-353.

Kecelakaan V-22 Osprey terjadi tak lama sebelum pukul 15.00 waktu setempat (13.00 WIB). Para pengamat mengatakan motor kiri (motor nomor 2) tampak seperti terbakar dan badan pesawat berubah saat bergerak menuju terminal udara di Yakushima untuk kedatangan darurat. Saat itu kondisi cuaca cerah dan kecepatan angin tidak beresiko.

Kazuo Ogawa, perwakilan Penjaga Pantai Jepang, mengatakan kelompok tersebut menemukan cara untuk melihat kapar dan jetsam yang diterima sebagai komponen penghancuran V-22 Osprey yang jatuh. Mereka juga menemukan sosok satu orang yang diyakini sebagai tim atau penumpang pesawat malang tersebut.

“Kami mendapat permintaan bantuan pada Rabu malam setelah penangkapan ikan di dekatnya dengan rincian dugaan kecelakaan pesawat,” kata Ogawa.

Selain sampah pesawat dan kumpulan satu orang, perahu penyelamat elastis juga ditemukan 1 kilometer dari bibir pantai Pulau Yakushima. Penjaga Pantai Jepang akan melanjutkan pengejaran hingga Kamis malam.

Menurut Ogawa, pesawat yang jatuh itu mundur dari Pangkalan Udara Korps Marinir AS di Iwakuni, Prefektur Yamaguchi, dan jatuh dalam perjalanan ke Pangkalan Udara Kadena di Okinawa. Lokasi penemuan mayat berjarak 3 kilometer dari tepian Yakushima. Pesawat Osprey yang jatuh terletak di Okinawa. Pesawat melakukan pengangkutan barang untuk mempersiapkan Kekuatan Unik.

Yakushima tidak jauh dari Kagoshima, salah satu pangkalan utama Kekuatan Perlindungan Laut Jepang di selatan Pulau Kyushu. Salah satu instalasi tentara AS di Pulau Kyushu berada di Sasebo di sisi utara.

Kecelakaan V-22 Osprey menambah catatan panjang kegagalan pesawat sejenis. Pada Agustus 2023 di Wilayah Utara, Australia, terjadi kecelakaan pesawat yang mengakibatkan meninggalnya tiga Marinir AS. Sebelumnya, sebuah pesawat serupa jatuh saat tiba di Okinawa pada bulan Desember 2016. Oleh karena itu, militer AS sempat berhenti mengerjakan V-22 Osprey (pendirian).

Jepang yang juga mengoperasikan pesawat V-22 Osprey meminta AS meneliti secara menyeluruh penyebab kecelakaan tersebut. Pemimpin tertinggi negara Jepang Fumio Kishida mengatakan dia berusaha mencari data tambahan dari militer AS. Meskipun demikian, dia tidak menjawab ketika mengetahui apakah dia akan menuntut penangguhan sementara tugas V-22 Osprey.

Imam Perlindungan Perwakilan Jepang Hiroyuki Miyazawa mengatakan pesawat yang jatuh itu berusaha melakukan kedatangan krisis. Perwakilan Utama Okinawa Denny Tamaki menyampaikan kepada media bahwa dia telah meminta agar militer AS menghentikan aktivitas pesawat Osprey di seluruh Jepang.

V-22 Osprey adalah upaya terkoordinasi antara Boeing dan Helikopter Chime. Osprey dikerjakan oleh Korps Terbang AS, Korps Marinir AS, dan Kekuatan Perlindungan Diri Jepang (Jiei Kietai). Pesawat crossover ini dipandang oleh beberapa orang berbahaya. Bagaimanapun, militer AS dan Jepang menuntut agar Osprey dilindungi agar dapat bekerja.

Perintah Tugas Khusus Korps Terbang AS menjelang akhir tahun 2022 sempat menangguhkan tugas V-22 Osprey karena adanya laporan dampak meresahkan keamanan penerbangan terkait tergelincirnya alat poros baling-baling (grasp slip) yang mengakibatkan tidak konsistennya pergantian baling-baling dari a beberapa motor.

Korps Marinir dan Angkatan Laut AS juga merinci kesalahan teknis serupa dan berusaha untuk memperbaiki masalah tersebut. Pada kecelakaan Osprey tahun 2022, berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat itu, ditemukan baling-baling pada beberapa alat pengendali revolusi (double hard grip) yang menyebabkan kegagalan motor. Akibatnya, pesawat tidak dapat dikendalikan dan jatuh.