Menjaga Hubungan Antara Indonesia Dan Vatikan

Menjaga Hubungan Antara Indonesia Dan Vatikan

Menjaga Hubungan Antara Indonesia Dan Vatikan
Di tengah semangat penguatan hubungan keuangan dengan berbagai negara, Indonesia terus menjaga hubungan dengan Vatikan. Faktanya, tidak mungkin terjalinnya hubungan moneter antara Indonesia dan Vatikan.

Perwakilan Indonesia untuk Vatikan Trias Kuncahyono mengatakan, kebijakan moneter sudah menjadi kebutuhan Indonesia belakangan ini. Agen-agen strategis di berbagai negara didesak untuk mencari peluang seluas-luasnya. “Vatikan adalah negara yang luar biasa dibandingkan dengan negara lain,” ujarnya, Senin (18/12/2023), di Vatikan.

Hubungan Indonesia-Vatikan sudah terjalin cukup lama. Almarhum Mgr Soegijapranata SJ mempelopori hubungan Indonesia-Vatikan sekaligus memahami kekuatan Indonesia pada tahun 1947. “Vatikan mungkin negara Eropa paling awal yang merasakan pengaruh Indonesia,” kata Trias.

Tentu saja, diperlukan waktu delapan tahun hingga Vatikan akhirnya menempatkan utusannya yang paling berkesan di Jakarta. Meskipun demikian, pengakuan Vatikan sangat penting bagi Indonesia, yang saat itu sedang berupaya mengumpulkan bantuan global. Vatikan merasakan pengaruh Indonesia sebelum Belanda merasakannya.

Trias mengatakan bahwa Vatikan secara konsisten mengambil peran penting dalam isu-isu dunia. Sebelumnya, penguasa dan penguasa Eropa lainnya hanya berhak atas posisi istimewa jika mereka didelegasikan oleh Paus sebagai pemimpin Negara Gereja.

Negara Vatikan yang mutakhir, yang dibuat berdasarkan Kesepakatan Lateran tahun 1926, masih memainkan peran penting. “Vatikan mempengaruhi masalah moral dunia,” kata Trias.

Pemimpin kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri usai bertemu dengan Paus Fransiskus, Kepala Urusan Vatikan sekaligus Pemimpin Gereja Katolik terkemuka, di Istana Gereja, Vatikan, Senin (18/12/2023) pagi waktu setempat. Megawati berbincang dengan Diplomat Indonesia untuk Tahta Suci, Vatikan, Trias Kuncahyono (kiri), Utusan Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi, dan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Hubungan Tak Dikenal, Ahmad Basarah (kedua dari kanan).

Ia mengingatkan bahwa Paus Fransiskus adalah orang pertama yang menuntut gencatan senjata dan pengiriman bantuan filantropis ke Gaza. Hingga saat ini, Paus terus mengulangi seruan tersebut.

Vatikan mengambil peran penting dalam upaya keharmonisan dunia. Sebagai negara yang dilindungi perintah untuk mengakui keharmonisan dunia, Indonesia perlu bekerja sama dengan Vatikan.

Paus Fransiskus, menurut Trias, juga tertarik dengan Indonesia. Sebagai negara yang majemuk, Indonesia mampu menjaga hubungan antaragama dengan baik. Meskipun ada beberapa episode termasuk pertemuan kecil, kebersamaan antar jaringan yang ketat tetap dilakukan di Indonesia.

Paus sangat prihatin dengan upaya untuk meningkatkan perselisihan di antara para pengikut setianya. Oleh karena itu, Paus terus memberdayakan wacana antaragama.

Paus juga tertarik dengan Indonesia karena banyaknya kementerian Indonesia yang bekerja untuk Vatikan. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia kemungkinan besar adalah negara pengirim penginjil terbesar. Lebih dari 2.500 pendeta Indonesia dikirim ke berbagai negara.

Di Asia, india antara lain hanya tertinggal dari India dan Filipina. India lebih ramai, sedangkan Filipina adalah negara yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik.

Paus Fransiskus berfoto bersama Utusan Khusus dan Diplomat Indonesia untuk Tahta Surgawi Vatikan Trias Kuncahyono (fokus) usai penyerahan Surat Kepercayaan di Istana Gerejawi, Senin (12/11/2023).

Sehubungan dengan itu, Paus benar-benar Hoki99 menyatakan kesanggupannya untuk mengunjungi Indonesia pada tahun 2020. Sayangnya, saat itu sedang terjadi pandemi sehingga kunjungan tersebut harus dibatalkan. Paus juga tidak bertemu Presiden Joko Widodo pada bulan lalu karena Paus tiba-tiba sakit.

Di usianya yang sudah 87 tahun, menurut Trias, sulit bagi Paus Fransiskus untuk mengunjungi berbagai tempat yang jauh. Meski begitu, Indonesia sebenarnya ingin dikunjungi oleh pemimpin umat Katolik yang terkemuka. Di lain kesempatan, Indonesia terus berupaya menyambut Paus.

Trias mengatakan, masyarakat Indonesia tidak hanya bekerja di luar Vatikan dan Italia. Di kedua negara ini terdapat 1.610 penduduk Indonesia yang tersebar di berbagai biara dan kantor lain yang mempunyai tempat di Vatikan, baik di Italia maupun di Vatikan.

Beberapa warga Indonesia sedang berkonsentrasi pada hal berbeda di Vatikan. “Saya sering mengunjungi mereka di biara,” kata Trias.

Kunjungan ini sangat penting bagi administrasi Konsulat Indonesia di Vatikan. Bantuan residen sangat penting bagi kantor Pemerintah Indonesia di Vatikan.

Selain mengunjungi WNI di ruang kerjanya, Trias juga mencari dana hibah tambahan. Partisipasi instruktif dan sosial merupakan inti hubungan Indonesia-Vatikan.

Banyak warga Indonesia yang belajar hal berbeda di Vatikan. KJRI Vatikan percaya nantinya akan ada penugasan dari Lembaga Pengurus Aset Pelatihan (LPDP) bagi WNI yang ingin belajar di Vatikan.