China Minta AS Perbaiki Pemahaman Tentang Mereka
Beijing sepakat menerima permintaan Washington supaya komunikasi para panglima dibuka lagi. Bagi Cina, AS telah berbulan- bulan memohon itu.
Para panglima perang China- Amerika Serikat kesimpulannya kembali berbicara. Dalam telekonferensi video itu, Beijing memohon Washington membenahi pemahamannya soal Cina. Pembenahan itu dibutuhkan bila Washington ingin berbaikan dengan Beijing.
Panglima Angkatan, Bersenjata AS Jenderal, Charles Brown serta Kepala Kementerian, Gabungan Komisi Militer Pusat Cina Jenderal Liu Zhenli, berdialog lewat telekonferensi, video. Komunikasi, pada Kamis( 21/ 12/ 2023) itu terjalin sehabis, 16 bulan Beijing memutus, komunikasi militer dengan, Washington. Pemutusan, itu salah satu respon Beijing, atas lawatan Pimpinan DPR AS, Nancy Pelosi ke, Taiwan pada Agustus, 2022.
Dilaporkan media Cina, GlobalTimes, pada Jumat( 22/ 12/ 2023), Beijing sepakat menerima permintaan Washington supaya komunikasi para panglima dibuka lagi. Bagi Cina, AS telah berbulan- bulan memohon itu.
Dikala kesimpulannya komunikasi dibuka lagi, Liu mengantarkan sebagian perihal kepada Brown. Awal, buat ikatan sehat, normal, serta berkepanjangan, hingga AS butuh membenahi pemahamannya soal Cina. AS butuh menghormati kepentingan pokok Cina. AS- China butuh terus mendesak kerja sama pragmatis serta silih uraian.
Kedua, Liu menegaskan kalau Taiwan seluruhnya urusan dalam negara Cina. Beijing tidak hendak menoleransi apa juga wujud campur tangan asing pada permasalahan itu.
Berikutnya kepada Brown, Liu pula menegaskan klaim Cina di Laut Cina Selatan. AS- China butuh berjaga- jaga serta bersama melindungi kedamaian kawasan.
Pengamat militer Cina, Song Zhongping, menyebut, telekonferensi itu menampilkan pemimpin kedua negeri mau meredakan ketegangan serta menjauhi insiden. Walaupun demikian, sangat dini buat memperhitungkan tidak hendak terdapat lagi ketegangan AS- China.
Telekonferensi itu menampilkan, Presiden AS Joe Biden serta Pimpinan CMC Cina Xi Jinping sungguh- sungguh kala berjumpa di San Francisco, AS. Dalam pertemuan pada November 2023 itu, Xi yang pula Presiden Cina itu sepakat komunikasi antarpanglima kedua negeri dibuka lagi.
Periset AS- China di Dewan Ikatan Internasional( CFR) AS, Zoe Liu kepada setiap hari South Cina Morning Post menerangkan, pembicaraan Brown serta Li bukan terobosan baru. Hendak namun, ini positif sebab menjajaki kembali ikatan yang tertib, normal, serta mudah- mudahan dapat terbuka dan mendalam.
” Persoalannya, bila ingin lebih substantif, siapa yang hendak jadi pemimpin di tiap pihak? Cina, kan, tidak memiliki Menteri Pertahanan saat ini. Siapa yang dapat mengendalikan strategi komunikasinya?” tutur Liu.
Semenjak Li Shangfu dicopot pada akhir Oktober 2023, sofa Menhan Cina kosong. Li diberhentikan sehabis sebagian waktu tidak nampak di muka universal. Hingga saat ini, tidak terdapat uraian formal Beijing soal pencopotan Li.
Juru bicara Kantor Panglima Angkatan Bersenjata AS Kapten Jereal Dorsey berkata, AS ingin Washington- Beijing bersama bijak dalam mengelola persaingan. Kuncinya yakni terus melindungi jalan komunikasi senantiasa terbuka, bekerja sama di isu- isu umum, serta membangun keyakinan.” Kita wajib dapat berkoordinasi guna menjauhi salah perhitungan di lapangan,” tutur Dorsey yang dilansir oleh pesan berita New York Post.
AS pula memohon Beijing- Washington kembali ke Perjanjian Konsultatif Kelautan Militer 1998. Dokumen itu mengamanatkan seluruh kasus antarmiliter di laut dituntaskan lewat pertemuan teratur.
Perihal itu mengacu pada aksi Cina yang dikira makin intrusif di Laut Cina Selatan. Pentagon mencatat, periode 2021- 2023, telah 180 kali pesawat militer Cina melaksanakan manuver beresiko terhadap pesawat AS di atas perairan tersebut.
Komunikasi AS serta Cina pernah membaik sehabis kunjungan bermacam pejabat teras Washington ke Beijing, yang antara lain merupakan Menteri Luar Negara Antony Blinken serta Menteri Keuangan Janet Yellen. Hendak namun, pada Februari 2023, ikatan kembali memburuk sehabis terdapat balon Cina merambah daerah hawa AS.
Waktu itu, Kementerian Pertahanan AS Babe138 mengontak Departemen Pertahanan Cina guna menanyakan tipe balon itu. Hendak namun, Beijing tidak menanggapi.
Kesimpulannya, AS memutuskan menembak balon tersebut dengan memakai pesawat tempur. Cina marah serta menuduh AS bereaksi kelewatan. Sebagian bulan setelah itu, Pentagon mengumumkan kalau balon itu tidak mengumpulkan informasi intelijen serta mungkin merupakan balon pemantau cuaca yang terembus angin sehingga keluar jalan.
Secara terpisah, juru bicara Kemenhan Cina, Kolonel Zhang Xiaogong, berkata, Beijing tidak membatasi kebebasan berlayar serta bernavigasi di Laut Cina Selatan.” Kami keberatan dengan aksi- aksi yang merendahkan kedaulatan Cina dengan berkedok kebebasan bernavigasi,” katanya.
Ada pula juru bicara Departemen Luar Negara Cina, Wang Wenbin, berkata, AS wajib meyakinkan komitmen mereka terhadap hal- hal yang sudah dibincangkan.” Buktikan dengan menyudahi menunjang kemerdekaan Taiwan serta menjual senjata ke Taiwan. AS semestinya menunjang penyatuan kembali Taiwan dengan Cina secara damai,” ucapnya.
Minggu kemudian, Pemerintah AS memutuskan menjual paket persenjataan ke Taiwan senilai 300 juta dollar AS. Otoritas Taiwan di dasar Presiden Tsai Ing Wen dari Partai Demokratik Progresif memanglah lebih gencar menggaungkan Taiwan selaku negeri merdeka. Taiwan pula mengundang bermacam pejabat teras negeri lain yang tidak mempunyai ikatan diplomatik dengan mereka buat berkunjung ke Taipei.
Cina memandang seluruh itu bentuk separatisme. Beijing terus, memperingatkan, negara- negara yang, berhubungan diplomatik dengan, Cina supaya, menyudahi mengutus, pejabat ke Taiwan.
Sedangkan dari sisi warga Taiwan, kebanyakan tidak berminat terhadap kemerdekaan. Telaah komentar tahunan Universitas Nasional Cheng Chi di Taiwan menguak, kebanyakan warga Taiwan menginginkan status quo di Selat Taiwan.
Maksudnya, status satu negeri dengan 2 pemerintahan. Di dalam prinsip Satu Cina, Taiwan merupakan bagian dari Cina dengan otonomi sehingga mempunyai pemerintahan tertentu.
Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden serta Presiden Cina Xi Jinping terus menjadi mendekati waktu yang disepakati pada 15 November 2023. Para pengamat isu internasional tidak mematok sasaran capaian yang besar. Hendak namun, paling tidak pertemuan itu diharapkan dapat meredakan ketegangan kedua negeri adidaya tersebut akibat perang dagang ataupun persaingan geopolitik.
Pertemuan itu direncanakan di kota San Francisco, Amerika Serikat, di sela- sela Konferensi Tingkatan Besar Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik( APEC) yang hendak dihadiri 21 pemimpin negeri, tercantum Xi. Terakhir kali dia berkunjung ke AS pada 2017 buat berjumpa Presiden Donald Trump.
Kala itu, atmosfer pertemuan bersahabat. Kepada media arus utama, Trump sesumbar rapat itu hendak bawa hasil positif serta tingkatkan derajat ikatan AS- China. Realitasnya malah perang dagang serta kemerosotan ikatan yang didapat.
Demikian pula dengan pertemuan Xi serta Biden dikala KTT G20 di Nusa 2, November 2022. Dunia berharap perihal itu dapat mendekatkan kembali AS- China supaya sanggup mendudukkan bermacam masalah yang mengganjal dalam ikatan mereka.
Tidak lama sehabis itu, AS malah menembak jatuh balon yang diucap mata- mata Cina. Rentetan peristiwa menyusul mulai dari AS menjegal Cina memperoleh akses ke alat- alat pembentuk semikonduktor supercanggih sampai Cina menarik kembali panda- panda yang mereka pinjamkan ke kebun fauna di AS.
Meski begitu, dunia tidak langsung patah arang. Selama tahun 2023, nampak isyarat AS serta Cina menjajaki ikatan serta fokus ke bermacam kasus umum, antara lain, perdagangan serta rantai pasok. Menteri Luar Negara AS Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, Menteri Perdagangan Gina Raimondo, serta Utusan Spesial Presiden AS buat Urusan Hawa John Kerry bergiliran melawat ke Beijing. Dari Cina, Menlu Wang Yi membalas kunjungan ke Washington pada Oktober kemudian.
” Pertemuan ini memanglah bukan buat menggapai hasil konkret, melainkan selaku ciri kedua belah pihak tidak memutus ikatan. Di tengah bermacam hambatan, mereka senantiasa ingin berbicara serta tingkatkan tarafnya,” kata ahli ikatan internasional Universitas Teknologi Nanyang, Singapore, Joseph Liow, Selasa( 14/ 11/ 2023).