Biaya Hidup Semakin Mahal Warga Kanada Bermigrasi
Melonjaknya harga sebagian besar barang sehari-hari di Kanada memicu banyaknya orang yang pindah ke luar negeri. Pengeluaran yang paling menekan adalah biaya penginapan.
Cara (25) pindah ke Kanada dari Hong Kong pada tahun 2022 sebagai pelarian karena ia ikut serta dalam serangkaian pertunjukan yang menentang strategi Pemerintah Hong Kong pada tahun 2019. Setahun setelah pindah, ia merasa terjebak dan harus meninggalkan negara tersebut.
“Kapan pun saya mendapat kesempatan untuk pergi, saya akan menerima pintu terbuka itu,” ujarnya seperti dilansir Reuters, Minggu (12/10/2023).
Impian untuk mencapai kemajuan di Kanada berubah menjadi perjuangan untuk mencapai ketahanan. Saat ini, ia menghabiskan sekitar 30% gajinya hanya untuk menyewa kondominium satu kamar di storm cellar seharga 650 dolar Kanada (sekitar Rp 7,4 juta) di bagian timur Toronto.
Dia harus segera bekerja di tiga posisi musiman sambil bersekolah di sekolah pembelajaran orang dewasa untuk memperoleh kredit perguruan tinggi. Seluruh gajinya hampir tidak cukup untuk biaya sehari-hari. “Saya tidak pernah merasa bahwa tinggal di negara Barat, kita sanggup menyewa kamar di gudang bawah tanah,” katanya.
Dalam setengah tahun pertama tahun 2023, sekitar 42,000 orang telah meninggalkan Kanada. Jumlah tersebut menambah jumlah orang yang keluar negeri pada tahun 2022 menjadi 93.818 orang dan 85.927 orang keluar pada tahun 2021.
Sementara itu, terdapat 263.000 orang luar yang masuk untuk menetap di Kanada pada paruh pertama tahun 2023. Meskipun jumlah migrasi (orang yang masuk) lebih besar daripada perpindahan (orang yang pindah), pola migrasi perluasan pemukiman kembali terus berkembang secara konsisten selama beberapa tahun terakhir. diyakini mulai memberikan tekanan dan dapat mengurangi kecepatan perekonomian Kanada.
Sebab, hingga saat ini, perkembangan moneter di Kanada juga didorong oleh migrasi. Pemerintahan Kepala Negara Kanada Justin Trudeau memanfaatkan gerakan ini sebagai salah satu jawaban untuk mengatasi kesulitan terbesar Kanada, khususnya pendewasaan dan pemulihan populasi.
Hanya dalam delapan tahun, pemerintahan Trudeau mengizinkan 2,5 juta orang tinggal jangka panjang. Menurut Measurements Canada, strategi ini mendorong pertumbuhan populasi tercepat dalam enam puluh tahun terakhir.
Bagaimanapun, pola ini mulai berubah. Berdasarkan laporan terbaru dari kelompok aktivis gerakan Kanada, Pembentukan Kewarganegaraan Kanada (ICC), pada tahun 2019, laju pemukim yang akhirnya meninggalkan Kanada kembali mencapai angka tertinggi dalam dua puluh tahun terakhir. Pola ini telah berkurang selama lockdown selama pandemi virus Corona. Namun, mulai sekitar tahun 2021, informasi Insights Canada menunjukkan bahwa pola pemukiman kembali telah meluas.
Para pemukim menyalahkan melonjaknya biaya penginapan sebagai motivasi paling kuat untuk berpindah negara. Biasanya di Kanada, sekitar 60% gaji keluarga digunakan untuk biaya pembelian rumah. Angka ini meningkat menjadi sekitar 98% untuk Vancouver dan 80 persen untuk Toronto.
Myo Maung, 55, pindah ke Kanada dari Myanmar lebih dari tiga puluh tahun sebelumnya dan memiliki profesi yang sukses sebagai makelar barang tak bergerak dan pemilik restoran. Meskipun demikian, ia berniat untuk mengundurkan diri di negara-negara yang harga barang sehari-harinya lebih murah, seperti Thailand. Karena di Kanada, katanya, merupakan tantangan baginya untuk tetap menjalani gaya hidup dengan uang pensiunnya.
Hal serupa juga terjadi pada Justinas Stankus (38) yang sedang mempertimbangkan untuk pindah ke Asia Tenggara dimana harga barang sehari-hari lebih murah. Selain itu, di negara-negara Asia Tenggara juga bisa melanjutkan pemeriksaannya.
Stankus pindah ke Kanada dari Lituania pada tahun 2019 untuk mencari gelar doktor dalam teori politik di College of Toronto (UofT). Saat ini dia harus membayar 2.000 dolar Kanada (kira-kira Rp 23 juta) untuk menyewa loteng satu kamar dan perabotannya.
Meningkatnya biaya untuk sebagian besar barang sehari-hari membuat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan mendasar sekalipun. “Dengan rencana keuangan mahasiswa pascasarjana, hal ini umumnya tidak dapat dibayangkan,” kata Stankus.
Melonjaknya biaya penginapan di Kanada tidak lepas dari kebijakan Trudeau yang berpusat pada perpindahan. Pertumbuhan penduduk yang pesat tidak diimbangi dengan strategi menyediakan penginapan yang layak.
Guru teori politik migrasi di College of Toronto (UofT), Phil Triadafilopoulos, mengatakan kecepatan pergerakan yang terlalu cepat akan memperburuk kekurangan penginapan. “Jadi bukan hal yang biasa jika individu yang mempunyai keputusan memutuskan untuk pergi ke negara lain atau kembali ke negaranya setelah menghadapi apa yang terjadi di Kanada,” katanya.
Bulan lalu, pemerintahan Presiden Justin Trudeau mulai membatasi migrasi. Tujuannya adalah agar penghuni baru dari perpindahan hanya sebagian dari 1.000.000 setiap tahun mulai tahun 2025. Untuk negara berdasarkan jumlah orang luar, meningkatnya pola orang yang meninggalkan Kanada berisiko melemahkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.